Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Purworejo. Tank M113 membawa anak-anak TK dan PAUD melaju di kawasan Sungai Bogowonto, Purworejo. Nahas, tank itu mengalami kecelakaan, dua korban tewas. Tank ini tak dibikin untuk beroperasi di derasnya arus sungai.
Tank M113 ini dioperasikan oleh Bataliyon Infanteri (Yonif) Mekanis Raider 412/6/2 Kostrad. Tank jenis ini sudah dipakai TNI sejak 2014.
Dilansir situs resmi TNI Angkatan Darat, Minggu (11/3), kendaraan lapis baja pengangkut personel ini memang punya kemampuan amfibi.
Tank M113 APC dibuat oleh BAE Systems Inggris dan semula oleh United Defense Industres. Propeler alias baling-balingnya mampu mendorong kendaraan ini di air dengan kecepatan maksimum 5,8 km/jam.
Meski amfibi, namun pengoperasian tank M113 ini haruslah di air yang tenang. M113 tidak dirancang untuk bermain di sungai berarus deras, atau juga bukan untuk diluncurkan dari kapal pendarat di lepas pantai.
Karena keterbatasan sifat amfibi yang dimiliki M113 inilah, maka TNI memesan M113 yang telah dimodifikasi oleh perusahaan Italia, Applicazioni Rielaborazioni Impianti Speciali (ARIS). Tank M113 yang standar diberi tambahan untuk meningkatkan daya apungnya.
Tank M113 hasil modifikasi ARIS ini kemudian disebut M113 Aristigator. Moncongnya ditambah sehingga menjadi berbentuk haluan kapal, isinya adalah gabus dan karet khusus yang ringan. Ada pula panel pembelah ombak yang dapat dibentangkan saat mengarungi air.
Tank yang tenggelam itu adalah M113A1, jenis yang lebih spesifik yakni berbahan bakar diesel. Model seperti ini pertama ada sejak 1964. Pendahulunya sudah digunakan sejak 1962 pada perang Vietnam. Julukannya adalah "naga hijau".
"M113A1: Barangkali adalah kendaraan lapis baja yang paling serbaguna yang pernah ditemukan AS, M113A1 telah dimodifikasi secara ekstensif," tulis Frederick Eugene Oldinsky di bukunya, 'Armor in Vietnam'.
"Naga hijau" itu terperosok di kawasan Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah. Pratu Randi Suryadi dan Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bernama Iswandari menjadi korban tewas.
Ana Rahayu (38) bersama Anindia Fauziah (3,5) adalah korban selamat. Ana bercerita soal kejadian itu. Tank itu sendiri menurutnya hanya berjalan bolak balik di Sungai Bogowonto dengan tujuan memberikan pengalaman kepada siswa PAUD untuk menaiki salah satu kendaraan militer TNI.
"Seingat saya semua baik-baik saja, hanya ketika sampai tengah, mesin tank kelihatannya tiba-tiba mati. Tank pun langsung menukik ke bawah. Saya spontan peluk anak saya dan melambai-lambai ke atas minta tolong karena saya tidak bisa berenang," ungkap Ana. Anaknya diselamatkan tentara terlebih dahulu. Ana sempat hanyut selama lima menit dan akhirnya diselamatkan tentara juga.
Pihak Kostrad menyatakan tank tidak menyeberangi sungai. Kecelakaan ini bukan terjadi karena terjangan arus deras, melainkan karena permukaan pinggir sungai yang lembek. "Akibat kondisi tanah yang tidak kokoh sehingga Ranpur miring, amblas, dan terperosok, menyebabkan sebagian penumpang Ranpur terjatuh, hanyut terbawa derasnya aliran sungai dan tidak terselamatkan," kata Kepala Penerangan Kostrad, Letkol Inf Putra Widyawinaya.(dtc)