Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Medan. Bisnis pakaian bekas atau second stuff kini bukan lagi sebagai bisnis loakan. Bisnis itu sudah dianggap berkelas oleh sebagian anak muda di Kota Medan. Pakaian bekas sudah menjadi trend anak muda sebagai kebutuhan fashionnya.
Di Medan, bisnis pakaian bekas awalnya disebut Monza alias Mongonsidi Plaza. Ini adalah tempat dijualnya pakaian bekas. Saat ini, hanya beberapa tempat berjualan pakaian bekas yang bisa didapati di Kota Medan, seperti Pajak Melati, Pasar Sambo (dekat terminal), Simalingkar. Tempatnya sama seperti pasar umumnya.
Anak muda kekinian kemudian mengubah konsep penjualan pakaian bekas ini sudah online dengan menggunakan media sosial (medsos). Seperti yang dilakukan Ari (29). Ia menggunakan media sosial seperti olx, instagram, dan fb. Sudah lima tahun ia berbisnis pakaian bekas. Katanya, pakaian bekas memiliki kelebihan tersendiri, seperti brand dan limited edition.
Ia yang ditemui medanbisnisdaily.com, Jumat (28/7/2017) memulai bisnis ini berawal dari hobby dalam memakai pakaian atau jacket buatan luar negeri. Menurutnya monza dinilai mempunyai eksklusivitas bagi komunitasnya.
Atas kesengannya itu, lambat laun barang yang ia beli dari Pajak Melati yang berada Simpang Pemda Medan dan Pasar Simalingkar disukai oleh teman-temannya. Lalu, teman-temannya berminat membeli. "Sekarang saya suka melihat-lihat barang online second stuff luar negeri di www.ibsshopping.com dan menjualnya kembali," cerita Ari.
"Pembeli saya kebanyakan pria, karena saya menjual umumnya pakaian lelaki. Kendalanya kalau barang yang dibeli dari luar negeri tertahan di bea cukai. Kalau sudah begitu ya cuma pasrah," katanya.
Lain halnya dengan Rahmat. Ia baru menjalankan bisnis pakaian bekasnya setahun. Awalnya, ceritanya, sulit mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Karena konsep pemasaran yang digunakan adalah online. Namun, katanya, disaat pertama kali mendapatkan customer, ia pun tak sungkan meminta testimoni dan menshare melalui media sosial yang dimiliki oleh konsumennya.
"Alhamdulillah ada yang beli juga dan langsung saya mintai testimoninya dan pembeli berikutnya pun begitu juga. Testimoni penting untuk membuat orang percaya. Saya kan jual online jadi biar nggak dianggap akun fake, harus banyakin testimoni pembeli," ungkap Rahmad.
Saat ditanya soal untung, Rahmat yang malu-malu menyebutkan nominal itu mengatakan bisnis yang dijalaninya ini memiliki keuntungan yang lumayan. Terkadang, katanya, keuntungannya bisa mencapai 100%.
"Bayangkan, kita beli di pasar Rp 50 ribu. Lalu, kita jual bisa Rp 80 ribu bahkan sampai Rp 100 ribu. Tergantung merek barang dan kondisinya. Kalau lagi beruntung, kita bisa jual lebih mahal lagi. Apalagi kalau barang brand dalam kondisi bagus dan tahun pembuatan yang dianggap sudah sangat lama," kata Rahmad.