Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Sepinya ruang sewa ritel pusat perbelanjaan dan perkantoran di Jakarta dinilai berpotensi meningkatkan rasio kredit bermasalah sektor properti.
Menurunnya daya beli dan menyebabkan sepinya gedung perkantoran dan mal disebut menjadi salah satu penyebab pendorong rasio kredit bermasalah properti di perbankan.
Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bank harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit sektor properti.
"Bank tahun ini harus benar-benar selektif ketika memilih calon debitur di sektor properti ini," kata Bhima, Rabu (2/8).
Dia menjelaskan, bank bisa mengalihkan penyaluran kredit ke sektor lain yang tingkat risikonya lebih rendah.
Berdasarkan data uang beredar Bank Indonesia (BI) penyaluran kredit properti mengalami perlambatan pertumbuhan pada Juni 2017. Posisi kredit properti tercatat Rp 746,8 triliun atau tumbuh 12,1% dibandingkan periode bulan sebelumnya yang tumbuh 13,7% year on year(yoy).
Perlambatan pertumbuhan tersebut bersumber dari kredit yang disalurkan kepada sektor konstruksi dan real estate, meskipun tertahan oleh peningkatan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan rumah (KPR).
Sementara itu untuk kredit konstruksi tumbuh melambat dari 24,1% menjadi 20,8% pada Juni 2017. Demikian pertumbuhan kredit real estate melambat menjadi 10,4% lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 15,9% yoy. Kondisi sebaliknya terjadi pada KPR dan KPA yang tumbuh 7,7% yoy menjadi 7,9% pada Juni 2017. (dtf)