Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Washington DC. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat penasihat seniornya yang juga pakar strategis Gedung Putih, Steve Bannon. Sosok Bannon selama ini kontroversial karena pandangannya yang mendukung anti-globalisasi dan nasionalisme kulit putih.
Bannon telah mendampingi Trump sejak masa kampanye pilpres 2016, atau sekitar 1 tahun terakhir. Penunjukan Bannon menjadi pakar strategis Gedung Putih pada Januari lalu, memicu kecaman dari banyak pihak.
Sosok mantan bos media online Breitbart Newsini, dijuluki sebagai pahlawan ekstremis sayap kanan jauh di AS. Breitbart di bawah Bannon dikenal menjadi forum 'alt-right', yakni kelompok sayap kanan jauh yang tidak mendukung multikulturalisme dan menganggap nasionalisme kulit putih sebagai hal paling mendasar. Bannon disebut bergaya neo-Nazi, anti-Yahudi, dan menjunjung tinggi supremasi kulit putih.
Dalam pemerintahan Trump, sosok Bannon diyakini berperan dalam sejumlah kebijakan kontroversial, termasuk larangan warga dari negara-negara mayoritas muslim untuk masuk ke AS, juga keputusan menarik diri dari kesepakatan iklim Paris, serta menangkapi para ilegal imigran di AS.
Bannon tidak akrab dengan kaum elite Partai Republik, yang mendukung Trump, dan dibenci politikus liberal AS.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (19/8), seruan agar Trump memecat Bannon terus menguat, baik dari kalangan Partai Republik, termasuk dua mantan presiden AS, maupun dari para tokoh bisnis top serta sekutu-sekutu AS, beberapa waktu terakhir. Para pengkritik menuding Bannon sengaja memicu sentimen anti-semitisme juga nasionalis kulit putih di AS, terutama setelah insiden berdarah di Charlottesvile.
"Kepala Staf Gedung Putih John Kelly dan Steve Bannon saling sepakat bahwa hari ini akan menjadi hari terakhir Steve," sebut juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dalam pernyataan pada Jumat (18/8) waktu setempat.
Secara terpisah, Breitbart News melaporkan bahwa Bannon akan kembali memegang posisi Direktur Eksekutif media tersebut, usai dipecat Trump. Dalam pernyataannya kepada majalah konservatif, Weekly Standard, Bannon menyebut 'kepergiannya' dari Gedung Putin menandai perubahan besar dalam agenda pemerintahan Trump.
"Kepresidenan Trump yang kita perjuangkan dan kita menangkan, telah berakhir. Saya pikir kemampuannya untuk mencapai apapun -- khususnya hal-hal besar, seperti tembok (Meksiko), hal lebih besar yang selama ini kita perjuangkan, akan menjadi jauh lebih sulit," sebut Bannon. (dtc)