Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) membeberkan penyebab daya beli orang Indonesia mengalami pelemahan. Ini terlihat dari tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2017 yang hanya 4,95% atau lebih rendah dibandingkan dua tahun terakhir.
Wakil Ketua Apindo bidang Ritel, Yongky Susilo, mengatakan rendahnya konsumsi rumah tangga disebabkan tingkat daya beli masyarakat kelas bawah sudah tidak ada, sementara masyarakat kelas menengah ke atas memilih menahan belanja.
Kemudian, rendahnya daya beli masyarakat kelas bawah, juga dipicu adanya tambahan biaya hidup yang berasal dari tarif listrik, makanan, hingga biaya sekolah yang jatuh pada Juli tahun ini.
"Makanan mahal dibanding dua tahun lalu, silakan bersaksi sendiri, kalau makan siang berapa sekarang? Dibanding dua tahun lalu," kata Yongky di Jakarta, Rabu (13/9).
Tidak hanya itu, penyebab rendahnya daya beli masyarakat kelas bawah juga karena penghasilan tambahan sebagai pekerja sudah tidak ada.
"Lembur sudah enggak ada bisnis lagi susah, jualan multilevel marketing juga lagi susah, jual jasa bersih-bersih juga lagi susah, dan lain-lain, jadi cost naik, total take home pay turun, sehingga mengirit," jelas dia.
Lanjut Yongky, penurunan daya beli masyarakat juga terlihat dari fenomena banyaknya pekerja yang lebih memilih bawa bekal makanan dari rumah belakangan ini.
"Tolong cek teman-teman, bawa bekal makanan, masak di rumah sekarang, ngirit," papar dia.
Dengan fenomena tersebut, kata Yongky, berdampak kepada penjualan pelaku usaha sektor ritel. Terbukti, penjualan ritel dalam kategori fast moving costumer goods (FMCG) turun alias minus 0,8% (YoY) dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 5,9%. Bahkan, penjualan tahun berjalan dari Januari-Juli tahun ini hanya tumbuh 3,0%, sedangkan 2016 sebesar 9,5%.
"Ini hanya 55 katagori FMCG, makanan dan minuman, home care, pharmacy," tukas dia. (dtf)