Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bali. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah meningkatkan status Gunung Agung menjadi Awas pada Jumat (22/9) pukul 20.30 WITa. PVMBG lalu merangkum 6 potensi bencana jika gunung setinggi 3.142 Mdpl itu meletus.
Berdasarkan situs Magma Indonesia dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diakses pada Sabtu (23/9/2017) pukul 06.17 WITa, peneliti PVMBG Martanto merangkum peningkatan status aktivitas Gunung Agung, Bali, dari level III (Siaga) ke level IV (Awas). Kemudian terdapat 6 poin potensi bencana jika Gunung Agung meletus.
Potensi bencana itu adalah sebagai berikut:
1. Sejarah aktivitas erupsi Gunung Agung dicirikan oleh erupsi-erupsi yang bersifat eksplosif dan efusif dengan pusat kegiatan di Gunung Agung, yang terletak di dalam Kawah Gunung Agung.
2. Berdasarkan sejarahnya, jika terjadi letusan Gunung Agung seperti pada tahun 1963, maka potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa lontaran piroklastik (bom vulkanik/batu panas), hujan abu, aliran piroklastika, aliran lava, hingga banjir lahar. Jika terjadi letusan, potensi bahaya primer yang dapat terjadi di dalam radius 9 km berupa jatuhan piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm.
3. Hasil pemodelan potensi sebaran hujan abu menunjukkan bahwa jika terjadi letusan saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas letusan VEI III, maka sektor barat, barat laut dan utara dari Gunung Agung adalah sektor yang paling terancam. Sektor tersebut berpotensi terlanda hujan abu lebat dengan ketebalan maximum mencapai 1.6 meter (hingga jarak 15 km dari Puncak Gunung Agung) dan ketebalan maximum 0.4 meter (hingga jarak 30 km dari Puncak Gunung Agung).
4. Hasil pemodelan potensi sebaran abu vulkanik di udara mengindikasikan jika erupsi terjadi dalam waktu dekat maka abu vulkanik dapat tersebar jauh utamanya ke arah barat laut dari puncak Gunung Agung, dan diperkirakan dapat mengganggu operasional penerbangan dari dan ke Bali, Surabaya, serta Banyuwangi. Namun mengenai potensi gangguan abu vulkanik di udara sangat mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga pihak-pihak yang terkait keselamatan penerbangan diharapkan untuk adaptif sesuai dengan kondisi aktual.
5. Hasil pemodelan potensi aliran piroklastik (awan panas) dengan asumsi bahwa letusan pembuka memiliki volume letusan 10 juta meter kubik, maka aliran piroklastik dapat berpotensi meluncur ke sektor utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya dengan jangkauan sekitar 10 Km dalam waktu kurang dari 3 menit. Namun jika volume letusan melebihi 10 juta meter kubik, maka aliran piroklastik dapat berpotensi meluncur ke sektor utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya dengan jangkauan melebihi 10 Km. Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunung berapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru.
6. Ancaman bahaya aliran piroklastik (awan panas) tersebut maupun aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng Gunung Agung, terutama di daerah aliran sungai Tukad Tulamben, Tukad Daya, Tukad Celagi yang berhulu di area bukaan kawah, pada sektor tenggara terutama di daerah aliran Sungai Tukad Bumbung, dan pada sektor selatan-barat daya terutama di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah. (dtc)