Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang saat ini menampung pengungsi Rohingya. Berdasarkan data Keimigrasian, jumlah total per September 2017, pengungsi Rohingya di Sumatera Utara berjumlah 434 orang yang ditampung di Rudenim dan 7 community house.
“Saya mengungsi dari Myanmar saat usia 17 tahun. Sebelumnya saya mengungsi di Malaysia selama 10 tahun, namun saya lebih betah di Indonesia, bahkan telah menikah dengan wanita asal Provinsi Lampung dan dikaruniai 2 orang putra,” ujar Muhammad Salim saat ditemui di Hotel Top Inn, Jalan Flamboyan Raya No 7, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, yang dijadikan salah satu community house untuk menampung pengungsi, Rabu (27/09/2017).
Salim mengisahkan bahwa konflik di Myanmar yang menimpa muslim Rohingya sudah berlangsung sejak 40 tahun lebih. Banyak muslim Rohingya menjadi korban dan memutuskan menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke Bangladesh, termasuk Indonesia.
Walaupun berstatus sebagai pengungsi, tetapi Salim tidak merasakan hidup dalam pengungsian, karena bisa bersosialisasi, membangun keluarga dan akses terhadap kesehatan yang terjamin.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah menyelamatkan hidup rakyat Rohingya. Indonesia merupakan negara yang damai, menerima pengungsi seperti kami seperti saudara sendiri. Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi HAM,” tegas Salim yang sudah lancar menggunakan bahasa Indonesia.
Tidak hanya Salim, beberapa rekan Salim pada saat ditemui menjelaskan hal yang sama. Menurut mereka, Pemerintah Indonesia telah berjasa dalam menyelamatkan nyawa ribuan muslim Rohingya. Selama di community house, Pemerintah Indonesia menjamin kehidupan pengungsi dan dibantu oleh International Organization for Migration (IOM) yang menyalurkan bantuan dari negara-negara pendonor.
Namun pengungsi Rohingya berharap kepada UNHCR dapat bekerja maksimal agar pengungsi Rohingya dapat segera disalurkan ke negara ketiga, seperti Amerika Serikat dan Australia.
“Penyaluran pengungsi Rohingya berjalan lambat, sementara pengungsi Srilanka, Suriah, Afghanistan termasuk cepat. Rata-rata hanya menunggu 2 tahun. Sementara kami Rohingya sudah lebih 7 tahun, statusnya masih tetap sebagai pengungsi” ungkap Salim.
Salim tidak lupa menyampaikan harapan ke Pemerintah Myanmar untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang menjadikan muslim Rohingya menjadi korban.