Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Sukoharjo. Konflik internal berkepanjangan yang menerpa Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS) berpengaruh sangat signifikan bagi kunjungan pasien. Kini rumah sakit yang berada di Kartasura, Sukoharjo, itu menjadi sangat sepi.
Terlihat hanya segelintir pasien yang menempati kursi-kursi antrean. Lorong-lorong rumah sakit pun sering kali hanya tampak dilewati karyawan rumah sakit.
Konon, sebelum rumah sakit dirundung masalah, hampir setiap hari pasien harus antre pagi hari untuk bisa periksa ke dokter praktik RSIS. Namanya pun kondang hingga ke daerah di luar eks-Karesidenan Surakarta.
Direktur Utama RSIS, M Djufrie, mengaku memang jumlah pasien RSIS menurun drastis. Sejak dua tahun terakhir penurunan diperkirakan mencapai 80 persen.
"Dulu itu kalau normal 180 pasien. Sekarang tinggal 30 pasien. Itu yang rawat inap. Kalau yang rawat jalan dulu 500-600 pasien, sekarang 120-150 pasien," kata Djufrie di RSIS, Jumat (29/9/2017).
Djufrie menuturkan, penurunan aktivitas di RSIS tak lain disebabkan oleh belum keluarnya izin operasi RSIS dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah. Padahal menurutnya, RSIS telah mengajukan perpanjangan sejak 2014.
"Sudah divisitasi pada November 2015, tapi justru hasilnya diberikan surat yang seolah-olah kita tidak bisa mengurus lagi izin itu. Lalu kita gugat di PTUN Semarang, hasilnya dikabulkan. Lalu dibanding oleh BPMD (sekarang DPMPTSP), hasilnya menguatkan hasil yang di Semarang. Dan itu putusannya sudah inkrah," ujarnya.
Permasalahan izin tersebut merembet ke permasalahan kerja sama dengan BPJS Kesehatan. Masyarakat pun tidak dapat menggunakan layanan BPJS Kesehatan di RSIS.
"Mei 2016, kita diembargo obat, tidak bisa menerima obat dari farmasi langsung. Kita kerja sama dengan apotek yang bisa menerima obat dari farmasi, tapi harganya lebih mahal," kata dia.
Sementara itu, beberapa pasien yang berobat di RSIS mengaku tidak mempermasalahkan adanya konflik di internal rumah sakit. Bahkan ada pula pasien yang tidak tahu menahu masalah itu.
"Ibu saya dirawat di sini, sakit di perutnya. Memang sejak bertahun-tahun bolak-balik ke sini. Dulu ramai, tapi sekarang sepi. Enggak tahu ada masalah apa," kata Wardi, warga Colomadu."Memang sekarang sepi semenjak ada masalah. Tapi kalau berobat tetap ke sini, soalnya dekat," kata Ida, warga Kartasura. (dtc)