Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Kabupaten Cirebon. Harga bahan baku rotan terus merangkak naik. Kondisi tersebut membuat perajin rotan rumahan di Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mengelus dada.
Pasalnya naiknya harga baku rotan itu tak diimbangi dengan naiknya harga jual produk kerajinan rotan. Salah seorang perajin rotan rumahan, Sobari mengatakan bahan baku rotan untuk jenis rotan asalan saat ini tembus hingga Rp 12.000-an per kilogramnya. Padahal, sebelumnya harga rotan asalan itu Rp 7.000 per kilogramnya.
"Selain rotan asalan, rutan lesio atau rotan murni juga mengalami kenaikan harga mas. Tadinya itu harganya Rp 17.500 per kilogramnya, sekarang sampai Rp 22.000-an per kilogramnya," kata Sobari saat ditemui detikcom di rumahnya, Kamis (15/10/2017).
Sobari mengatakan kendati ada kenaikan harga bahan baku rotan, untuk harga produk kerajinan tetap tidak mengalami kenaikan. Karena khawatir kehilangan pasar. Sobari merupakan perajin rotan spesialis tudung saji.
Tak stabilnya harga rotan membuat dirinya berinovasi. Selain rotan, bahan baku pembuatan tudung sajinya dengan menggunakan bahan sintetis.
"Mudah didapatkan kalau sintetis, harganya juga tidak kalah dengan rotan. Makanya sekarang tudung saji buatan kami lebih didominasi bahan sintetis ketimbang rotannya sendiri," kata Sobari.
Tudung saji buatannya itu dijual dengan harga Rp 25.000. Kendati bahan baku mengalami kenaikan, dirinya belum bisa menentukan untuk naik atau tidaknya saat ini.
Sementara itu, Hendi perajin rotan rumahan lainnya juga menyesalkan adanya kenaikan harga bahan baku. Hendi yang fokus memproduksi rak dan parsel dari rotan itu tetap istiqomah. Hendi pun mengantisipasinya dengan mencari bahan baku sisaan pabrik-pabrik besar.
"Kalau saya cari bahan bakunya dari sisaan pabrik. Tapi, tetap melihat kualitasnya. Rotan sekarang harganya naik, naik Rp 2.000-an yang tadinya Rp 8.300, rotan yang biasa saya beli," ucapnya.
Ia menilai, kenaikan harga ini biasanya terjadi karena kelangkaan bahan baku rotan, seperti Kalimantan, Sumatera, maupun Sulawesi. Sehingga, berimbas pada tidak stabilnya harga.
"Mungkin karena cuaca juga mas, kan rotan tuh di hutan. Petani kesulitan nyarinya. Yang jelas ini dari sananya kelangkaan tuh mas," ucapnya.
Selain naiknya harga bahan baku, Hendi juga mengaku kesulitan untuk mencari karyawan untuk membantu industri rumahannya itu. Upah yang minim, dikatakan Hendi menjadi salah satu penyebab sulitnya mencari karyawan.
"Karena daya jualnya segitu-gitu aja, ya upahnya juga segitu aja. Tapi, kalau bahan baku mah terus naik. Ini kan membuat kami kesulitan, apalagi kalau mencari karyawan. Karena upahnya di bawah Rp 100.000 mas," tegasnya.
Dirinya enggan manikan harga jual produknya. Karena, diakuinya perajin sempat manaikkan harga jual pada Juli lalu.
"Kenaikan harga memang sudah terjadi bulan-bulan sebelumnya. Kalau kita naikkan harga sekarang, khawatir pelanggan malah berpindah. Karena kita sempat naikan harga pada bulan Juli usai lebaran Idul Fitri lalu," tutur Hendi. (dtc)