Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Kementerian Perhubungan mendorong PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub internasional atau transhipment port. Hal itu agar biaya logistik di Indonesia bisa ditekan.
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya mengatakan, saat ini Pelabuhan Tanjung Priok sudah melayani kapal raksasa berkapasitas 10.000 TEUs milik Compagnie Maritime d'Affretement-Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM). Sehingga bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi kapal-kapal raksasa pengangkut kargo yang singgah ke Tanjung Priok.
"Priok menjadi transhipment port itu bukan sekadar angan. Kami menyiapkan suatu roadmap bagaimana menjadi world class port dan di dalamnya termasuk menjadikan salah satu pelabuhan kita yaitu Tanjung Priok untuk menjadi transhipment port," tuturnya dalam acara Indonesian CEO Talk 'Dampak Integrasi Pelabuhan dan Logistik Terhadap Perekonomian Indonesia' di The Hermitage Hotel, Jakarta, Selasa (10/10/2017).
Elvyn mengatakan saat ini setidaknya ada potensi distribusi kargo dari Indonesia ke negara-negara Eropa sebesar 4,3 juta TEUs. Itu pun hanya bersumber dari beberapa cabang pelabuhan milik Pelindo saja.
"Kemudian diberikannya atau fase kedua itu ada total sekitar 5,8 juta TEUs kalau kita masuk ke Australia dan Amerika," imbuhnya.
Sementara untuk di Jakarta saja ada potensi sekitar 3 juta TEUs kargo. Potensi tersebut masih mampu terlayani dari kapasitas pelabuhan Tanjung Priok sebesar 7 juta TEUs. Apalagi saat ini juga tengah dibangun pelabuhan Patimban di Subang dengan kapasitas 4,5 juta TEUs.
"Jika di Jakarta sudah full capacity maka Patimban itu memang kita cocok untuk kembangkan sebagai pelengkap dari Tanjung Priok," tambahnya.
Dengan konsep Pelabuhan Tanjung Priok sebagai transhipment port, Elvyn yakin akan ada efisiensi dalam biaya logistik. Dia menghitung akan ada penghematan sekitar US$ 100 per kargo. Sebab pengiriman tak perlu lagi melalui pelabuhan di Singapura.
"Paling tidak dari sisi hari bisa mengurangi perjalanan hingga 7 hari. Dan sudah terbukti setidak-tidaknya cost itu turun per kargo sekitar US$ 100. Bayangkan kalau 3 juta kargo dikalikan US$ 100 tentu sangat besar untuk menurunkan cost logistik," tukasnya. (dtc)