Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Karangasem. Selama 18 jam terakhir tercatat terjadi 720 kali kegempaan dari aktivitas Gunung Agung. Tiga kegempaan di antaranya adalah tremor non-harmonik.
"Tremor non-harmonik adalah rentetan beberapa gempa vulkanik di mana satu gempa muncul hampir bersamaan dengan gempa lainnya yang belum selesai," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana kepada detikcom, Kamis (12/10/2017).
Devy menjelaskan tremor non-harmonik tersebut secara fisik merefleksikan aliran fluida magmatik yang terdiri dari gas, zat cair dan zat padat. Tidak semua tremor diikuti oleh letusan atau erupsi.
"Di dunia, tidak semua tremor seperti ini diikuti letusan kecuali kalau sudah menerus. Manifestasi permukaan bisa hanya berupa pelepasan gas atau asap ke permukaan," ujar Devy.
Berbeda dengan tremor harmonik yang terjadi jika aliran fluida magma mengakibatkan bergeraknya conduit atau rongga seperti pipa dan membuat efek resonansi. Tremor harmonik juga tidak selalu diikuti oleh erupsi.
"Sementara, tremor non-harmonik biasanya berkaitan dengan penghancuran sumbat penutup kawah. Kita semua berharap manifestasi di permukaan hanya berupa gas dan asap saja jadi tekanan di bawah cepat habis," ujar Devy.
Data dari PVMBG mencatat gempa tremor tersebut terjadi antara pukul 12.00-18.00 WITa dengan durasi 80-140 detik. Tremor non-harmonik ini muncul di hari ke-20 status awas Gunung Agung.Tremor ramai dibicarakan di media sosial sebagai penanda sebelum terjadinya erupsi. Termasuk Gunung Agung yang tak luput ramai dibicarakan warganet yang menunggu terjadinya tremor karena percaya sebagai penanda terjadinya letusan. (dtc)