Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menghapus
saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dari papan perdagangan pasar
modal. Hal itu menjadi bukti bahwa fluktuasi harga komoditas batu bara
telah memakan banyak korban.
Analis Mina Padi Investama Christian Saortua memandang sebenarnya
industri batu bara sudah tak bersinar. Meskipun saat ini harga batu
bara sudah mulai meningkat lagi dan tengah di kisaran US$ 90 an per
ton.
Namun anjloknya harga batu bara pada 2014 telah memukul banyak
perusahaan di sektor ini. Cukup banyak perusahaan batu bara yang
terkena dampaknya termasuk BRAU.
"Sebenarnya saya melihatnya industri batu bara ini sudah jenuh. Memang
saat ini yang terjadi konsolidasi dari pemain-pemain yang lama,"
tuturnya saat dihubungi detikFinance, Senin (23/10/2017).
Sebenarnya kata Christian masih ada sedikit peluang bagi perusahaan
batu bara untuk bertahan. Sebab negara-negara berkembang yang
kebutuhan energinya masih tinggi membutuhkan batu bara.
Namun dengan pasar yang semakin sempit persaingan di industri batu
bara pun semakin ketat. Selain berebut ceruk pasar, mereka perusahaan
batu bara juga harus melakukan inovasi seperti memanfaatkan batu
baranya sendiri menjadi energi listrik dengan membangun pembangkit
listrik.
"Memang kalau inovasi itu tergantung permintaan dan kondisi pasar
juga. Seperti kita ketahui semenjak Pak Jokowi punya program
pembangkit 35 ribu MW kesempatan itu ada di pasar. Tapi tak bisa
dipungkiri penurunan harga batu bara di 2014 cukup membuat perusahaan
penghasil batu bara terpukul," imbuhnya.
Menurut Christian saat ini perusahaan-perusahaan batu bara yang bisa
bertahan hanya pemain-pemain lama. Mereka yang sudah memiliki kekuatan
finansial masih bisa mencari peluang lainnya.
"Pemain lama yang sudah punya efisiensi yang tinggi, punya kekuatan
modal, punya ruang pengembangan usaha di lini lain yang bergerak di
sekitaran batu bara. Mereka yang sudah punya kesiapan modal dan
infrastrukturnya saya lihat marketnya berkonsolidasi. Merekalah yang
bisa bertahan di industri ini," tukasnya.
BRAU sendiri sebenarnya belum lama bermain di industri batu bara.
Perusahaan yang dulunya bernama PT Risco ini berdiri sejak 7 September
2005. Lalu baru masuk pasar modal pada 19 Agustus 2010.
dtc