Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Penggunaan antibiotik dan bahan kimia yang tidak ramah lingkungan membuat aktivitas budidaya udang di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara (Sumut) mengalami keterpurukan.
Berbagai penyakit yang menyerang pertambakan udang bermunculan, bahkan sulit untuk dikendalikan. Akibatnya, banyak pembudidaya udang yang gulung tikar.
"Kita sering mendengar udang kita dipulangkan dari negara pengimpor karena mengandung antibiotik dan bahan kimia berbahaya lainnya. Inilah yang membuat pengusaha udang bangkrut," kata ahli budidaya perairan Universitas HKBP Nommensen, Pohan Panjaitan, Senin (30/10/2017), di Medan.
Karena itu, kata Pohan, salah satu strategi menanggulangi residu antibiotik serta menghilangkan kontaminasi mikroorganisme patogen yang resisten dalam tubuh udang adalah penggunaan probiotik.
Probiotik dapat menggantikan penggunaan antibiotik dan bahan kimia lainnya dalam industri budidaya udang di Indonesia.
Probiotik, kata Pohan, dapat menekan populasi mikroba yang bersifat merugikan di lingkungan budidaya udang. Kemudian menghasilkan senyawa anti mikroba yang secara langsung akan menekan pertumbuhan mikroba patogen dan mencegah terbentuknya kolonisasi mikroba merugikan dalam pencernaan udang.
Probiotik juga mampu menghasilkan senyawa yang bersifat imunostimulan, yaitu meningkatkan imun udang serta menghasilkan sel tunggal dan senyawa vitamin yang bermanfaat bagi udang. Yang secara tidak langsung akan menaikkan nilai nutrisi pakan.
"Produk probiotik ini banyak dijual di pasaran dalam bentuk cairan maupun padat. Tetapi probiotik yang dijual di pasar tidak dapat diharapkan mengendalikan semua bakteri yang ada di lingkungan budidaya udang," kata Pohan.
Dosen peternakan di Universitas HKBP Nommensen ini mengatakan, hal itu disebabkan efektivitas probiotik sangat tergantung pada jenis bakteri dan sangat ditentukan kondisi fisika kimia air media budidaya.
"Probiotik yang baik itu justru ada di lokasi tambak udang itu sendiri. Umumnya lingkungan tambak memiliki berbagai jenis bakteri yang sama dengan bakteri yang diperjualbelikan secara komersil dengan harga mahal," kata Pohan.
Lantas bagaimana pemanfaatannya? Menurut Pohan, pemanfaatan bakteri alami sebagai probiotik di tambak udang dapat dilakukan dengan cara menggunakan sumber karbon organik. Dan itu dapat berupa tepung tapioka, terigu dan molases.
"Molases itu merupakan hasil sampingan industri gula yang mengandung nutrisi tinggi yang baik bagi pertumbuhan bakteri alami heterotrof sebagai probiotik di tambak, dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan," jelas Pohan.
Pertumbuhan bakteri alami dapat optimal dengan cara mengatur ratio C (carbon) : N (nitrogen) yang masuk ke setiap tambak budidaya udang. Artinya, menghitung total jumlah karbon dan nitrogen yang dimasukkan ke dalam setiap unit tambak.
"Pengaturan ratio C:N yang dimasukkan ke dalam tiap tambak akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri alami heterotrof sebagai probiotik dalam budidaya udang," kata Pohan.
Pohan Panjaitan