Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Pyongyang. Otoritas Korea Utara (Korut) mengomentari kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke kawasan Asia. Dalam komentarnya, Korut menyebut Trump sebagai 'penghancur' dan 'penghasut perang'. Korut juga menyebut Trump memohon agar perang terjadi di Semenanjung Korea.
Seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (11/11), komentar ini merupakan komentar pertama Korut soal kunjungan kenegaraan Trump ke Asia. Sejak awal November lalu, Trump telah mengunjungi Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan China. Kini Trump berada di Vietnam untuk selanjutnya melanjutkan kunjungan ke Filipina.
Dari berbagai kunjungannya itu, Trump memang banyak membahas soal ancaman nuklir Korut. Dia bahkan berupaya menggalang dukungan internasional untuk menghentikan program nuklir rezim komunis itu. Trump menyerukan dunia internasional untuk bersatu melawan Korut.
"Perjalanannya (Trump-red) terkini ke kawasan sekitar kita merupakan kunjungan menghasut perang untuk konfrontasi menyingkirkan DPRK dari kemampuan nuklir untuk pertahanan diri," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut, yang tidak disebut namanya, seperti dikutip kantor berita Korean Central News Agency (KCNA).
"Trump, selama kunjungannya, mengungkapkan wujud aslinya sebagai penghancur stabilitas dan perdamaian dunia dan memohon agar perang nuklir terjadi Semenanjung Korea," imbuh pernyataan itu.
Saat menutup kunjungannya di Korsel, pada Rabu (8/11), Trump memperingatkan Korut untuk tidak meremehkan AS. Namun Trump juga menawarkan pemimpin Korut Kim Jong-Un nasib baik jika dia bersedia menghentikan ambisi nuklirnya.
Menanggapi hal itu, Korut menyatakan peringatan semacam itu tidak akan mengecilkan niat Korut dalam mengembangkan program senjata nuklirnya.
"Pernyataan sembrono oleh seorang lansia pikun seperti Trump tidak akan pernah bisa membuat kami takut atau menghentikan kemajuan kami," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut itu.
"Itu malah mendorong kami untuk mempercepat upaya mencapai tujuan besar melengkapi kekuatan negara nuklir," tandasnya. (dtc)