Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Selalu ada jalan untuk mencari penghasilan bagi orang yang kreatif dan gigih berusaha. Hal ini dibuktikan pasangan suami-istri Suardi Raden (48) dan Rahmayati (47). Di atas halaman sekitar tiga meter, pasangan ini menanam aneka tanaman hidroponik. Hasilnya, jutaan rupiah per bulan mereka kantongi.
Di halaman itu mereka tanam, mulai dari sayuran kangkung, sawi dan basil. Beberapa sayuran dijadikan sebagai makanan ringan dan basil dijual untuk restoran sebagai bahan makanan untuk western food.
Pasangan ini memberi lebel usahanya Syifa Hidroponik dan menekuni usaha tersebut sejak tahun 2016.
“Saat itu sedang tren hidroponik, kami belajar cara menanam tanaman dengan media air ini dan ternyata asyik juga. Gak perlu harus berlahan luas untuk bisa menanam sayur,” ucap Rahmayati.
Saat panen, mereka pun mencari restoran hingga supermarket yang bisa menampung sayuran hydroponiknya.
Suatu hari ia dibingungkan oleh panen sayur kangkung yang melebihi permintaan pasar. “Dah di makan pun masih berlebih,”kenangnya.
Wanita ini pun mencari akal hingga terpikir ia ingin mengolah sayurannya menjadi makanan ringan, seperti nungget, juice, es krim hingga rendang.
Usaha pertamanya adalah nungget. Berbagai sayur hidroponik yang ditanamkan diolah menjadi nungget, sepeti sawi, kangkung. Agar rasa lebih enak ia memadukannya dengan udang dan ayam. Produknya laris manis di pasar.
Rahmayeti memanfaatkan berbagai momen untuk mempromosikan usahanya mulai dari teman, kenalan hingga jejaring sosial.
Saat merayakan hari Pangan Sedunia kreasinya dicicipi oleh Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry. Dari situ promosi usahanya semakin meluas hingga dirinya pun serius dan mendirikan badan usaha dengan merek Syifa.
Basil yang ditanam hidroponik juga selalu panen. “Untuk basil sudah ada suplayer yang mengambilnya. Tiap 2 minggu sekali diborong semua. Sekali panen 5 kilo. Padahal jika ada 20 kilo pun mereka mau,”paparnya yang seraya mengakui basil segar perkilonya ditolak dengan harga Rp 60.000.
Saat ditanya omset yang didapatkan dari halamannya itu, Rahmayati sejenak berpikir. “Ya lumayanlah. Kami memenuhi kebutuhan hidup dari usaha ini,” jelasnya.