Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Semarang. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berharap para aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah semakin sadar untuk membayarkan zakat penghasilan. Sebab, sebagian dari harta yang diperoleh adalah hak fakir-miskin.
Menurutnya, zakat dari para ASN yang dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jateng tiap tahun terus meningkat nilai nominalnya.
Namun, diakuinya, zakat dari ASN belum maksimal. Masih ada beberapa ASN yang belum bersedia menyisihkan zakat 2,5 persen dari tambahan penghasilan pegawai tiap bulannya.
"Hampir tiap bulan selalu terjadi peningkatan. Itu mungkin banyak yang mulai sadar," ujar Ganjar dalam keterangan tertulis dari Pemprov Jateng, Selasa (28/11/2017).
Ganjar mengatakan itu dalam acara penyerahan zakat di Masjid Agung Jawa Tengah hari ini.
Ia menyebutkan, awal mulanya zakat penghasilan ASN per bulan mencapai Rp 700 juta. Namun kini makin besar hingga menjadi sekitar Rp 2 miliar per bulan.
Dana zakat yang terkumpul dialokasikan untuk fakir-miskin yang ada di Jateng. Jika sistem gotong-royong ini bisa berjalan maksimal, manfaatnya akan luar biasa.
"Sebab, bagaimanapun, di antara rezeki kita, sebagian kecil ada hak orang lain yang membutuhkan," kata Ganjar.
Ia mengatakan masih banyak masyarakat miskin yang membutuhkan pertolongan cepat. Jika mengandalkan alokasi bantuan dari APBD, butuh waktu lama. Itu pun harus membuat kesepakatan politik yang rumit.
"Maka yang tidak ter-cover di APBD, sumber zakat ini bisa dimanfaatkan. Jadi kita tidak perlu berdebat lama-lama dengan DPRD. Zakat ini bisa dialokasikan sesuai kebutuhan masyarakat yang ada," katanya.
Ganjar mengungkapkan, selama ini banyak orang yang berobat ke rumah sakit namun tidak bisa membayar. Ada pula orang yang tidak bisa ikut ujian akhir sekolah karena tidak mampu bayar. Bahkan ada rumah yang hampir ambruk dan butuh penanganan cepat. Semua itu bisa dibantu melalui Baznas.
"Kita bisa tolong orang dengan sangat cepat, saya ulangi, dengan sangat cepat. Kalau pengelolaan ini bisa diorganisasi dengan baik, ini bisa meringankan beban pemerintah," tegasnya.
Kepala Kanwil Kemenag Jateng Farhani mengatakan penduduk Jateng berjumlah sekitar 36 juta jiwa. Sekitar 35 juta jiwa beragama Islam. Namun, antara jumlah penduduk Islam dan zakat infak yang ada masih belum sebanding.
"Ada sebagian umat Islam yang ternyata belum paham tentang zakat. Yang dipahami umat Islam kita ya zakat hanya zakat fitrah, sementara zakat lain tidak tahu. Ini konsentrasi kami untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama," kata Farhani.
Ia menyebutkan, Kanwil Kemenag Jateng memiliki sekitar 5.000 penyuluh agama Islam. Mereka bertugas memberikan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, di antaranya zakat. Sebab, zakat belum maksimal karena kesadaran zakat masih rendah.
Penyandang Disabilitas Miskin
Zakat dari pegawai Pemprov Jateng yang sebelumnya hanya untuk bantuan pondok pesantren kini mulai disalurkan juga kepada penyandang disabilitas. Selama ini penyandang disabilitas luput dari perhatian, terutama tunanetra.
Ketua Baznas Provinsi Jateng Ahmad Darodji mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Jateng untuk meminta data disabilitas di Jateng. Namun para penerima zakat tersebut adalah penyandang disabilitas yang berkategori miskin.
Ia mengatakan, selain mengalokasikan zakat berupa belanja konsumtif, Baznas akan menyalurkan zakat lewat kegiatan produktif. Caranya adalah pemberian pelatihan wirausaha agar bisa mandiri.
"Nanti akan kita beri pelatihan keterampilan wirausaha sesuai keinginannya. Harapannya, mereka bisa produktif," kata Ahmad.
Selain disabilitas kategori miskin, Baznas juga akan menggencarkan alokasi zakat untuk para guru madrasah diniyah dan guru TPQ (tempat pendidikan Alquran) yang disabilitas. Sebab, banyak guru mengaji yang disabilitas.
"Mereka kategori sabilillah dan termasuk yang berhak menerima zakat. Jadi kita ingin zakat bisa masuk ke semua segmen," ujarnya.
Ia menegaskan, khusus untuk guru madrasah diniyah dan TPQ, lanjut Darodji, tidak hanya yang disabilitas. Mengingat selama ini honorarium untuk guru mengaji masih minim. Namun pemberiannya tidak rutin tiap bulan, itu pun tidak bersamaan se-Jateng, tapi diberikan secara bergilir di tiap kabupaten/kota.
"Uangnya ada, tapi yang harus diberikan jumlahnya banyak. Maka nanti bergilir," ujarnya.
Darodji menambahkan, zakat yang dikumpulkan Baznas Jateng berasal dari zakat para ASN Pemprov Jateng. Tiap bulan, terkumpul rata-rata Rp 2,5 miliar. Kesadaran ASN dalam membayarkan zakat makin meningkat.
Dalam acara tersebut, diserahkan zakat untuk pembangunan masjid, musala, pondok pesantren, lembaga keagamaan senilai Rp 2.247.100.000. Untuk perbaikan 20 unit rumah tidak layak huni senilai Rp 200 juta.
Kemudian untuk usaha ekonomi produktif bagi fakir-miskin berupa pelatihan pertukangan bangunan bersertifikat, senilai Rp 60 juta. Selanjutnya pemberian bantuan kursi roda untuk kaum difabel senilai Rp 70 juta.
Ganjar mengatakan, pada awal dirinya menggagas pemotongan tambahan penghasilan pegawai tiap bulannya untuk zakat sejumlah 2,5 persen, minat ASN untuk membayarkan zakatnya masih rendah. Mulai Rp 700 juta per bulan, kini mencapai Rp 2 miliar per bulan.
"Kalau sistem gotong-royong ini bisa kita dorong, akan luar biasa," kata Ganjar.Ia mengatakan, bila warga miskin tidak ter-cover dalam alokasi APBD, sumber Baznas ini bisa dimanfaatkan. Tak perlu berdebat panjang dengan DPRD, tapi masyarakat bisa mendapatkannya dengan cepat. (dtc)