Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Sitao-tao adalah sebuah dusun di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Berada di leher gunung Pusuk Buhit, yang selama ini sudah menjadi idaman para pecinta alam pegunungan.
Pusuk Buhit, sudah cukup dikenal. Musim liburan, Agustus tepat bulan kemerdekaan Bangsa Indonesia, Pusuk Buhit ramai dikunjungi para pecintanya. Libur Imlek, juga ramai dikunjungi wisatawan. Liburan sekolah, Pusuk Buhit tidak luput dari perhatian, anak-anak sekolah saat lulusan tiba.
Puncak Pusuk Buhit, jadi pilihan banyak pelajar sebagai lokasi yang dianggap tepat untuk merayakan perpisahan dari bangku sekolah. Juga mahasiswa/i, tidak jarang ramai-ramai datang ke Samosir, khusus melakukan pendakian ke puncak, yang jalan alternatifnya dari jalan Sitao-tao.
Tidak hanya itu, hasil bumi dari Dusun III Sitao-tao dan Sijambur, yang jalannya sama, yakni dari jalan wisata Sitao-tao dan Sijambur, cukup melimpah. Namun demikian, warga mengalami kesulitan untuk membawa hasil pertanian, karena kondisi jalan yang tidak layak.
Sitao-tao dan Sijambur, juga penghasil kopi terbesar dari Samosir, ditambah komoditas pertanian lainnya, yakni alpukat. Juga kebun jeruk di Sijambur.
Sebelumnya, salah satu warga Sitao-tao, Jonson Silalahi (42), kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (8/12/2017) menyebutkan, warga Dusun Sitao-tao dengan jumlah penduduk lebih-kurang 250 kepala keluarga (KK), tidak begitu jauh dari pusat kota, selama ini merasa diabaikan oleh pemerintah dan hanya menjadi korban politik penguasa.
Dan di tengah masa pembahasan R-APBD Kabupaten Samosir tahun anggaran 2018, serta rapat paripurna pembahasan dan persetujuan bersama atas Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang APBD Samosir tahun anggaran 2018 yang berlangsung hari ini, di Hotel JTS Parbaba, warga Sitao-tao berharap adanya sentuhan pembangunan dari APBD Samosir 2018.
"Sudah puluhan tahun, kami tidak bisa menikmati infrastruktur jalan yang nyaman untuk dilalui. Hingga saat ini, kondisi jalan menuju Sitao-tao yang merupakan urat nadi perekonomian warga, sudah sangat tidak layak," ungkap Jonson Silalahi.
Selain urat nadi perekonomian, sambung Jhonson, jalan dimaksud merupakan jalan alternatif yang selama ini dilalui para wisatawan yang hendak melakukan pendakian ke gunung Pusuk Buhit dan anak-anak sekolah menuju kota.
"Tidak hanya warga Sitao-tao, para pendaki gunung juga resah dengan kondisi jalan. Untuk itu, kita sangat berharap adanya perhatian Pemerintah daerah melalui APBD Samosir 2018, menyambung pembangunan jalan rabat beton beberapa tahun lalu, yang kini sudah rusak. Jangan saat pesta demokrasi tiba, kita dibutuhkan. Setelah selesai, kita (warga) diabaikan," ucap Jhonson Silalahi.
Akibat kondisi jalan menuju Sitao-tao rusak, warga kerap melakukan upaya normalisasi jalan agar bus pengangkut sekolah dan para petani dari Tanjung Bunga menuju Sitao-tao, dapat beroperasi.
Bahkan baru-baru ini, berkat swadaya para perantau dari Sitao-tao dan warga, telah membangun jalan rabat beton sekitar 40 meter dengan biaya puluhan juta rupiah, di satu titik jalan yang sudah rusak parah yang mengakibatkan bus pengangkut sekolah tidak beroperasi.
"Sempat tidak ada bus yang mau beroperasi. Sehingga anak-anak terpaksa jalan kaki menuju sekolah yang jaraknya berkisar 5 kilometer ke kota. Pemilik bus tidak mau ambil resiko atas kondisi jalan rusak," terang A. Devi Sitohang, warga yang sudah puluhan tahun bermukim di Dusun III Sitao-tao, kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (12/12/2017).
Lanjut A Devi Sitohang, ketika itu jalan benar-benar rusak parah. Hasil dari normalisasi hanya bertahan saat musim kemarau. Jika hujan turun, upaya mereka tidak berarti, karena tergerus oleh hujan, karena belum adanya drainase.
"Ada satu titik benar-benar lumpuh. Karenanya, para perantau memberikan sumbangan untuk perbaikan jalan dan dibantu swadaya warga sekitar. Dari upaya itu, berhasil membangun rabat sepanjang kurang lebih 40 meter dan lebar 5 meter, dengan biaya puluhan juta rupiah," tuturnya.
Setelah itu, sambungnya, bus pengangkut sekolah dan para petani mau beroperasi.
"Barulah setelah itu, bus mau beroperasi sampai saat ini. Itupun masih sangat mengkhawatirkan. Di mana, masih melewati jalan rusak sepanjang kurang lebih 4 kilometer lagi. Sopir bus, terpaksa ekstra hati-hati saat mengemudikan bus," kata A. Devi Sitohang.
Dijelaskan lebih lanjut, ada puluhan pelajar mulai SD, SMP dan SMA dari Sitao-tao yang berangkat setiap pagi ke kota, hanya diangkut oleh satu bus berkapasitas maksimal 22 orang penumpang untuk pulang dan pergi.
Pantauan medanbisnisdaily.com, Selasa (12/12/2017) pagi, akibat keterbatasan bus, para pelajar harus rela naik di atas bus yang semestinya tidak diperbolehkan sesuai aturan, dan dapat membahayakan keselamatan mereka.