Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ekonomi Indonesia di tahun depan butuh perhatian khusus. Pasalnya, tahun depan banyak sekali aktivitas politik, seperti Pilkada serentak dan persiapan Pilpres di 2019 mendatang.
"Sebenarnya ini warning dari teman-teman ekonom bahwa ancaman ekonomi di tahun politik agar politik dan permainan politik itu jangan kasar, jangan merusak sistem. Karena politik itu seperti roller coaster, naik turun. Kalau main politiknya akrobatik, tidak beres, ekonomi akan jatuh juga," kata Ekonom Senior Indef, Didik J Rachbini di sela Sarasehan 100 Ekonom di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2017).
Ia menambahkan, Pilkada DKI Jakarta yang belum lama diselenggarakan cukup menaikan suhu politik. Meski tak berdampak banyak ke ekonomi Indonesia, suhu politik seperti ini diharapkan tidak terulang kembali.
"Pilkada DKI itu Pilkada yang tegang tapi terkendali, itu pengalaman yang buruk dan tidak boleh terulang kembali," tutur Didik.
Didik meyakini konsumsi di tahun depan akan mengalami peningkatan, khususnya di masyarakat golongan bawah. Akan tetapi, sektor konsumsi masih harus terus dipacu dengan berbagai kebijakan.
"Konsumsi belum bagus sekarang, jadi harus di-planning. Kita pernah tumbuh konsumsinya 6,5%, sekarang masih di bawah pertumbuhan ekonomi," ujar Didik.
Pengamat Ekonomi, Aviliani menambahkan, kondisi ekonomi di tahun depan dengan adanya pesta demokrasi di banyak daerah akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Pasalnya, perputaran uang dengan adanya kampanye calon kepala daerah bisa berkontribusi ke peningkatan dari sisi konsumsi yang menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan ekonomi.
"Saya sih yakinnya tahun depan dengan adanya Pilkada 117 itu mau enggak mau perputaran uang akan terjadi berarti konsumsi masyarakat akan naik," kata Aviliani. (dtc)