Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Selain menggelar Ibadah Hari Natal dalam bahasa Indonesia, Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel menyampaikan khotbah Ibadah Hari Natal dalam bahasa Belanda. Khotbah dengan Bahasa Belanda ini seperti menjadi nostalgia bagi sebagian jemaat.
Berbeda dengan khotbah bahasa Indonesia pagi tadi yang diikuti sekitar 150 jemaat, khotbah dalam bahasa Belanda di GPIB Immanuel, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, pada Senin (25/12) hanya diikuti sekitar 20 jemaat. Khotbah dimulai pukul 10.00 WIB dengan jemaat yang hadir kebanyakan merupakan orang tua atau lansia.
Tidak hanya khotbah yang disampaikan dalam bahasa Belanda, lagu-lagu ibadah pun dinyanyikan menggunakan bahasa Belanda. Suasana ibadah berlangsung khidmat dan sakral.
Salah satu jemaat, Boudewijn Wijnand van Pamellen mengatakan ibadah dalam bahasa Belanda di GPIB Immanuel ini membuatnya bernostalgia. Ia mengaku dulu saat kecil sering beribadah di gereja ini.
"Saya dulu waktu kecil sering ke sini. Jadi ini seperti nostalgia. Bahasa Belanda ini seperti mengembalikan ingatan saya, nostalgia masa kecil," tutur Wijnand.
Laki-laki berusia 85 tahun itu sangat terkesan dengan khotbah yang disampaikan oleh pendeta. Ia menjelaskan bahwa kedamaian dalam diri akan membawa kedamaian bagi sekitar.
"Pidato pendetanya luar biasa betul. Penekanannya adalah bagaimana kita menciptakan damai bagi diri sendiri. Kalau damai di dalam bisa otomatis membagikan damai keluar," ujarnya.
"Kalau damai pasti suasana diri kita akan selalu seneng. Kesel-kesel tahan saja. Dulu saya remaja demikian, tapi sekarang saya sudah lansia seperti ini ngapain kesel-kesel. Yang penting damai dan bagi-bagi kebahagiaan," ujar Wijnand.
Pendeta Purboyo Susilawardea yang menyampaikan khotbah sempat menyayangkan jumlah jemaat yang mengikuti ibadah dalam bahasa Belanda makin sedikit. Namun, ia mengatakan akan terus mengisi ibadah dalam bahasa Belanda di GPIB Immanuel selagi dibutuhkan.
"Sekarang ini paling sedikit sekali. Sekitar 20 orang. Kira-kira 3-4 tahun lalu masih 40 sampai 50 orang. Saya nggak tahu apa persoalannya dan apakah masih akan tetap bertahan. Tapi selama diperlukan ya saya mengisi," ucap Purboyo.
"Setahu saya hanya Immanuel saja yang menyelenggaran ibadah dalam bahasa Belanda," imbuhnya. (dtc)