Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup tahun kemarin di posisi gemilang 6.355. Meski begitu masih banyak saham-saham yang justru melemah jika dilihat dari awal tahun.
Jika dalam potofolio Anda masih ada saham yang merah, jangan buru-buru untuk lepas, mungkin saja akan memberikan cuan di tahun ini.
Analis Recapital Asset Management Kiswoyo Adi Joe menilai saham sektor konsumsi tahun ini berpeluang naik. Sebab dengan adanya Pilkada Serentak membuat perputaran uang di masyarakat akan semakin meningkat, tidak seperti tahun ini yang didera isu pelemahan daya beli masyarakat.
Seperti misalnya PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Saham ini memang cenderung menurun di sepanjang 2017. Pada 9 Mei 2017 saham ROTI sempat berada di level Rp 1.675 namun di akhir tahun berada di level Rp 1.250. Meski begitu saham ini diprediksi akan menguat tahun ini.
Kisowoyo juga merekomendasikan untuk tetap menahan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Meski sepanjang 2017 saham BRPT cenderung meningkat, namun sejak menyetuh level tertingginya pada 7 Desember 2017 di Rp 2.440 saham BRPT terus turun. Pada perdagangan kemarin BRPT berada di level Rp 2.140.
"BRPT sebenarnya fundamental-nya masih bagus," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (4/1/2017).
Pada kuartal III-2017 BRPT masih mampu mengantongi laba US$ 95,6 juta atau setara Rp 1,29 triliun, naik 2,37% dari periode yang sama di tahun sebelumnya US$ 93,38 juta. Perseroan juga berencana melakukan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias right issue.
"Lalu untuk saham-saham blue chip, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga masih menarik. Kedua saham itu belum naik tinggi seperti saham blue chip lainya," imbuhnya.
Kiswoyo juga melihat saham BUMN konstruksi juga masih layak dikoleksi. 4 saham BUMN konstruksi sepanjang 2017 memang tercatat menurun.
Seperti saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) tercatat sudah turun 29,97%. Pada awal tahun saham PTPP berada di level Rp 3.770. Namun saham PTPP pada akhir 2017 bertengger di level Rp 2.640.
Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga tercatat turun 14,34% dari awal tahun di posisi Rp 2.580 menjadi Rp 2.210. Begitu juga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang turun 38,24% dari awal tahun Rp 2.510 menjadi Rp 1.550. Saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga tercatat turun 11,5% dari awal tahun Rp 2.130 menjadi Rp 1.885.
"Saham BUMN kontsruksi masih menarik untuk jangka pendek. Selama ini yang ditakuti cashflow-nya, tapi sudah dijelaskan," tandasnya. (dtc)