Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Semua orang sehat/normal memiliki bakat untuk menjadi gila. Hal itu merupakan bakat yang dibawa semua manusia sejak lahir. Tergantung apakah bakat itu tersalur atau tidak. Yang pasti semua manusia normal berpeluang menjadi abnormal.
Demikian disampaikan Psikolog Jon Krisna MPd kepada Medanbisnisdaily.com, Rabu (10/1/2018). Direktur Krisna Consulting dan Hypnotherapist menambahkan gila atau tidak normal sering dipengaruhi situasi eksternal. Dalam kasus tertentu bisa berlangsung tanpa disadari.
“Banyak kasus yang terjadi, seseorang dipaksa masuk RSJ. Padahal orang tersebut belum gila. Tarafnya masih stres. Lama kelamaan karena situasi itu, orang tersebut akhirnya jadi gila permanen. Jangankan orang stres, kita yang normal pun kalau sering-sering berinteraksi dengan pasien di RSJ bisa terimbas,” jelasnya.
Krisna menambahkan, ukuran gila itu bisa dilihat dari seberapa besar seseorang tidak bisa hidup dalam realitas. Misalnya kalau orang normal pasti tidak mau telanjang di depan umum. Tapi “telanjang” itu sendiri adalah sesuatu yang normal dan lazim dilakukan semua orang. Bedanya cuma pada konteks dan penempatannya saja, terang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan ini.
Sekarang ini, menurut Krisna, kecenderungan banyak orang tanpa disadari mengasah bakat gilanya itu. Pemicunya macam-macam. Mulai dari persoalan ekonomi, pergaulan sosial, putus harapan, tekanan dalam dunia kerja dan sebagainya. Ini adalah pemicu stres yang paling sering terjadi di zaman ini. Ditambahkannya, dewasa ini orang-orang semakin rentan terkena stres.
“Kalau dari pemicunya, sekarang ini makin variatif. Banyak hal yang membuat bakat gila itu terasah. Salah satunya disebabkan karena orang sekarang lemah dalam hal interaksi sosial. Apa-apa dipikirkan sendiri. Kalau tidak kuat, ya rentan. Beda halnya di masa lalu. Masyarakat yang masih kompak dimana sifat kekeluargaannya masih kuat. Masalah tidak dibawa sendiri. Disharingkan. Istilahnya curhat face to face,” terangnya.
Agar bakat gila itu tidak tersalur, kuncinya harus sering berinteraksi secara langsung. Jangan melalui media sosial. Selain itu sisi keagamaan juga harus diperkuat.