Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Wacana Pemko Medan yang ingin menaikkan tarif parkir sebagai salah satu langkah untuk mengatasi kemacetan menuai pro kontra di masyarakat. Termasuk dari kalangan akademisi.
Salah satunya disampaikan dosen Fisip Universitas HKBP Nomensen Medan, Jonson Rajagukguk.Menurutnya, banyak variabel yang membuat kemacetan, sehingga alasan untuk menaikkan tarif parkir tidak tepat.
"Ada banyak variabel yang membuat Medan macet. Tetapi saya tetap fokus pada masalah karakter kita bersama. Tidak pernah tertib berlalu lintas, kesadaran itu masih sangat rendah," ujarnya kepada medanbisnisdaily.com, Senin (5/2/2018).
Ditambahkannya, masyarakat malas parkir di tempatnya mungkin karena jauh dan malas jalan. Ada juga berpendapat kalau parkir terlalu jauh dari lokasi tujuan merasa kendaraan tidak aman. Sehingga orang memaksakan kendaraannya parkir di sembarang tempat, padahal itu bukan tempat parkir.
"Jadi sekali pun Pemko Medan menaikkan tarif parkir itu bukan solusi. Nantinya malah akan membuat keresahan di masyarakat," tuturnya.
Resi Tarigan, dosen Fisipol di Universitas Medan Area (UMA) Medan. Lulusan pasca sarjana UGM ini menyebutkan, kenaikan tarif parkir tidak berkorelasi dengan kemacetan. Masalah kemacetan selain karena tata ruang juga menyangkut kebijakan.
"Kalau mau gak macet, ya mestinya orang gak dimudahkan beli kendaraan pribadi. Tapi orang berkendaraan pribadi juga kan demi kenyamanan. Lagipula kendaraan umum di Medan, kan sangat parah kondisinya. Jangankan angkot, aku pengguna Transmebidang aja sering kesal. Supir dan kondekturnya merokok, nyetir ugal-ugalan, armada sedikit, " jelasnya.
"Menurut saya, mestinya Pemko Medan belajar dari kota lain seperti Jakarta yang sudah mulai memajukan transportasi massal, jadi orang dengan sukarela memang naik kendaraan umum yang nyaman, cepat, dan tersedia cukup banyak," katanya.