Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Yayasan Graha Kirana, dr T Kemala Intan MPd MBiomed, mengatakan, jembatan hijau (green bridge) harus ditanamkan dalam hati sanubari, karena Islam adalah agama yang cinta kehijauan.
Hal ini dikemukakan T Kemata Intan ketika memberikan pendidikan lingkungan hidup sekaligus workshop pengelolaan sampah rumah tangga, instansi dan industri, di aula Universitas Medan Area (UMA), Jalan Kolam, Medan.
Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Graha Kirana Darmawan SE MSi kepada medanbisnisdaily, Kamis (15/2/2018), mengungkapkan, kegiatan yang mengarah kepada pengelolaan sampah ini harus lebih dikenalkan kepada generasi muda, terutama siswa SMA maupun mahasiswa di perguruan tinggi.
Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan sadar lingkungan sejak dini kepada masyarakat. Terutama bagi kalangan siswa SMA, mahasiswa dan juga para dosen.
Dalam pendidikan lingkungan tersebut, dr T Kemala Intan MPd MBiomed mengungkapkan bahwa Tuhan memberikan dua energi, yakni energi dari surga dan energi dari neraka. Energi dari surga adalah angin dan air. Sedangkan energi dari neraka adalah api dan matahari.
"Kalau kita hanya memanfaatkan energi dari neraka maka manusia di bumi ini akan saling berkelahi dan berebut, untuk itulah manusia juga harus memanfaatkan energi dari surga dengan cara menciptakan energi terbarukan, sehingga energi dari surga juga dapat dimanfaatkan oleh manusia," kata konsultan Institut for Global Environmental Strategies (IGES) ini.
Disebutkan Intan, semua agama harus melindungi, merawat bumi dan isinya. Allah memberikan akal dan pikiran kepada manusia untuk menjadi “agen of change“ di bumi untuk menjadikan bumi lebih baik.
Di sejumlah negara, katanya, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi sudah mulai memasukkan kurikulum tentang lingkungan.
Dikatakan, sampah yang terdiri dari sampah basah, sampah kering dan sampah industri apabila dibakar akan mengakibatkan “black carbon” yang menyebabkan temperatur bumi berubah menyebabkan es di kutub mencair dan terjadilah banjir di mana-mana.
Sebaiknya sebelum sampah di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) disediakan depo 3R, misalnya pengangkutan sampah khusus kertas dilakukan pada hari Senin, sampah kaca pada hari Selasa dan seterusnya, sehingga pengangkutan sampah dapat lebih terstruktur.
Pada kesempatan itu juga dijelaskan tentang pembuatan kompos secara teori dengan membuat bakteri A, bakteri B dan mencampur kedua bakteri dengan sekam dan tanah dan mencampurnya dengan sampah organik.
Dekan Fakultas Biologi UMA Dr Mufti Sudibyo MSi pada kesempatan itu menyampaikan bahwa UMA akan mengarah Kampus Hijau (Greenmatric). Jika sekolah menengah ada istilah Sekolah Adiwiyata maka perguruan tinggi dengan istilah Greenmetric.
Pendidikian lingkungan yang diselenggarakan tersebut, untuk memberikan pemahaman terhadap pegolahan sampah menjadi kompos, agar kepedulian pengelolaan limbah tak hanya di lingkungan perguruan tinggi saja tapi sampai ke seluruh sekolah yang ada di Sumut.