Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sibolga. Pada Februari 2018, dua Kota IHK di wilayah kerja KPw BI Sibolga yakni Kota Sibolga dan Kota Padangsidimpuan mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,50% (mtm) dan -0,58% (mtm).
Realisasi inflasi kedua kota ini menurun signifikan dibanding periode bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi cukup tinggi khususnya untuk Kota Sibolga.
Stabilnya tekanan inflasi pada periode berjalan terutama bersumber dari menurunnya tekanan inflasi komoditas cabai merah sebagai salah satu komoditas yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi Kota Sibolga dan Padangsidimpuan.
“Inflasi tahunan kota Sibolga dan Kota Padangsidimpuan juga tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi 3 tahun terakhir yakni 4,68% (yoy) dan 3,73% (yoy),” ujar Kepala KPw BI Sibolga Suti Masniari Nasution dalam keterangan tertulis, Kamis (8/3/2018).
Berdasarkan kelompoknya, deflasi Kota Sibolga dan Padangsidimpuan bersumber dari penurunan harga kelompok Volatile Foods (VF).
Deflasi kelompok VF Kota Sibolga tercatat turun sebesar -1,84% (mtm), andil deflasi -0,27%. Penurunan ini didorong komoditas cabai merah yang mengalami deflasi sebesar -17,69% (mtm), andilnya -82,60%.
Komoditas lainnya adalah daging ayam ras yang turun -14,25% dengan andil -12,01%, disusul kelapa, bayam dan bawang merah.
Deflasi kelompok VF Kota Padangsidimpuan juga tercatat turun -3,18% (mtm) dengan andil -0,70%. Dilihat dari komoditasnya, ikan segar mengalami penurunan -6,90% (mtm) dengan kontribusi -33,36%, disusul cabai merah turun -12,27% (mtm) dengan andi -17,72%. Komoditas lainnya, beras, dencis dan bawang merah.
Disisi lain, deflasi Kota Sibolga tertahan oleh kenaikan komoditas ikan segar, dencis dan teter, sedangkan untuk Kota Padangsidimpuan tertahan oleh kenaikan harga emas perhiasan, ongkos jahit dan jasa perawatan jasmani.
Kenaikan harga pada kelompok Administered Price (AP) di Kota Sibolga 0,04% (mtm) dan Padangsidimpuan 0,10% (mtm) menahan laju deflasi kedua kota IHK dimaksud.
Tekanan inflasi kelompok AP di Kota Sibolga dan Padangsidimuan bersumber dari kenaikan harga komoditas bir hitam, rokok kretek filter, rokok putih dan transport.
Inflasi kelompok inti di Kota Sibolga dan Kota Padangsidimpuan juga terpantau mengalami kenaikan cukup tinggi.
Kota Sibolga mengalami peningkatan sebesar 0,36% (mtm) dan Kota Padangsidimpuan 0,39% (mtm). Inflasi di kelompok inti Kota Sibolga didorong kenaikan harga pada sub kelompok makanan jadi, rekreasi dan perlengkapan rumahtangga, sedangkan untuk Kota Padangsidimpuan didorong kenaikan harga subkelompok jasa peralatan jasmani dan olahraga.
Sasaran inflasi nasional pada 2018 ditetapkan 3,50±1%. Meskipun lebih rendah dibandingkan tahun 2017, inflasi Kota Sibolga dan Kota Padangsidimpuan pada tahun ini diharapkan tetap berada pada rentang sasaran nasional tersebut.
Kedepannya pada Maret 2018, Kota Sibolga dan Padangsidimpuan diperkirakan masih akan mengalami deflasi masing-masing sebesar -0.50% (mtm) dan -0.55% (mtm), sehubungan dengan puncak masa panen cabai merah yang jatuh pada bulan maret 2018.
Dalam mewujudkan pengendalian Inflasi di dua kota IHK ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga melalui koordinasi intensif dengan instansi terkait.
Koordinasi antar TPID terus diperkuat terutama menjaga kestabilan dan gejolak harga serta pasokan komoditas pangan strategis sehingga mengurangi tekanan inflasi.
“Pergerakan harga komoditas cabai merah perlu mendapat perhatian khususnya di Kota Sibolga. Selain itu, dalam rangka menjaga inflasi kelompok inti, BI dan stakeholder terkait secara intensif terus memantau perilaku produsen dalam menaikkan harga, agar kondisi pasokan komoditas strategis di pasar menjadi stabil,” ujarnya.