Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sudah tiga minggu, nilai tukar dolar terhadap rupiah masih terus mengalami penguatan yakni berada di posisi Rp 13.700-an. Dari data Reuters pagi ini, nilai tukar dolar tercatat Rp 13.757.
Menanggapi hal tersebut Kepala Riset Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menjelaskan dari pergerakan nilai dolar AS terjadi akibat campuran dua kondisi yakni eksternal dan internal dalam negeri.
Dari eksternal, menurut Lana banyak ketidakpastian yang dirasakan oleh investor. Mulai dari isu The Federal Reserve yang akan menaikkan bunga minggu ini.
"Ya Kamis akan diumumkan naik atau tidak. Selain itu pasar kan melihat Gubernur The Fed Jerome Powell belum bisa ditebak, sama seperti Yellen waktu baru naik, saat akan rapat 2 minggu sebelumnya dolar menguat," kata Lana saat dihubungi, Selasa (20/3).
Dia menjelaskan, selain itu kebijakan-kebijakan 'nyeleneh' Presiden AS Donald Trump juga turut mempengaruhi keperkasaan dolar AS terhadap mata uang negara lain.
"Presiden Trump kan suka mengeluarkan statement yang membuat gaduh, seperti trade war, sampai memecat pejabatnya," ujar dia.
Hal-hal ini yang menurut Lana membuat investor tidak nyaman dan memilih untuk menarik uangnya dan memegang dolar AS secara cash. Ini disebut sebagai save haven currency, karena pada dasarnya investor akan mencari kondisi yang aman.
Lana menjelaskan, isu ketidakpastian ini terjadi sejak tahun lalu sampai sekarang. Ini menyebabkan investor melakukan aksi ambil untung atau profit taking dan menyimpan dolar AS sampai kondisi yang lebih pasti.
Sedangkan dari dalam negeri, pergerakan nilai Rupiah dipengaruhi oleh indikator pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut dia, saat ini memang sudah terlihat adanya perbaikan di infrastruktur dan iklim usaha, namun hal tersebut belum cukup karena pertumbuhan ekonomi masih stagnan.
"Ekonomi Indonesia kurang mengesankan di mata investor, bukannya tidak baik. Negara lain tumbuhnya lebih tinggi seperti Singapura dan Thailand maka mereka relatif lebih baik," ujar Lana.
Selain itu, kondisi pasar keuangan Indonesia belum terlalu dalam. Ini menyebabkan jika ada dana asing yang keluar maka terjadi sedikit guncangan.
"Jadi kalau penguatan dolar AS terhadap Rupiah sampai 3 minggu ini karena kombinasi global dan dalam negeri yang memang belum pasti," imbuh dia.(dtf)