Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trumpmemerintahkan pembekuan dana pemulihan Suriah lebih dari US$ 200 juta (Rp 2,7 triliun). Hal ini diungkapkan sehari setelah Trump mengumumkan tentara AS akan segera ditarik dari Suriah.
Dilaporkan media AS, The Wall Street Journal (WSJ), bahwa Gedung Putih telah menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk membekukan dana lebih dari US$ 200 juta yang disebut sebagai 'dana pemulihan' di Suriah. Dua pejabat AS telah mengkonfirmasi laporan WSJ ini.
Trump, sebut WSJ, menyerukan pembekuan dana itu usai membaca laporan berita soal dana tambahan sebagai komitmen AS untuk pemulihan di Suriah. Dana tambahan itu diajukan semasa Rex Tillerson masih menjabat Menteri Luar Negeri AS. Tillerson dipecat Trump pada 13 Maret lalu.
Diketahui juga bahwa AS menempatkan lebih dari 2 ribu personel militernya di Suriah bagian timur. Penempatan itu sebagai bagian misi internasional untuk memerangi kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Saat berbicara di Ohio pada Kamis (29/3) waktu setempat, Trump mengindikasikan bahwa pertempuran melawan ISIS akan segera berakhir, sehingga dia ingin keterlibatan AS di Suriah dikurangi.
"Kita akan keluar dari Suriah, sangat segera. Biarkan orang lain yang mengurusinya sekarang. Sangat segera, sangat segera, kita akan keluar," ucap Trump. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal siapa yang dimaksud sebagai 'orang lain' dalam pernyataannya itu.
Dalam pernyataan terpisah, sejumlah pejabat AS menuturkan kepada AFP bahwa pernyataan Trump itu bukan sekadar terselip lidah. Disebutkan para pejabat AS itu bahwa Trump selama beberapa pekan terakhir telah menunjukkan ketidaksepakatan pada gagasan keterlibatan jangka panjang atau menengah bagi militer AS di Suriah.
"Kita menghabiskan US$ 7 triliun di Timur Tengah. Dan Anda tahu apa yang kita dapat dari itu? Tidak ada," tegasnya dalam pidato di Ohio. Dia menjanjikan untuk lebih fokus pada membangun lapangan pekerjaan dan infrastruktur di dalam negeri.
Di sini lain, keinginan Trump agar militer AS segera keluar dari Suriah ini berpotensi bentrok dengan para pejabat tinggi AS lainnya. Terlebih diketahui Trump kerap memutuskan kebijakan luar negeri tanpa meminta nasihat atau berkonsultasi dengan para jenderal maupun diplomat AS.
Dua pejabat pemerintahan AS yang enggan disebut namanya, menuturkan ke Reuters, bahwa komentar Trump itu mencerminkan perbedaan pendapat antara Trump dengan para penasihatnya. Salah satu pejabat AS itu menyebut para penasihat keamanan nasional Trump menyarankan agar tentara AS tetap tinggal di Suriah dalam jumlah lebih kecil, setidaknya beberapa tahun, demi menangkal bangkitnya ISIS. Namun tampaknya Trump tidak sepakat.(dtc)