Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengecam serangan rudal ke wlayah Arab Saudi. Tindakan tersebut mengancam stabilitas keamanan dan perdamaian.
"Indonesia mengecam serangan rudal yang ditargetkan ke wilayah Kerajaan Arab Saudi pada 4 April 2018," kata Kemlu melalui akun Twitter resminya, Kamis (5/4).
Kemlu menyebut serangan rudal itu menganggu kedaulatan dan kemanan di kawasan Arab Saudi.
"Tindakan tersebut mengancam stabilitas, perdamaian dan keamanan kawasan serta melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Kerajaan Arab Saudi," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, koalisi pimpinan Arab Saudi mengklaim kembali berhasil menghalau sebuah rudal dari pemberontah Houthi di Yaman. Serpihan rudal itu jatuh di area permukiman yang ada di kota pelabuhan Jizan, dekat perbatasan Yaman, Rabu (4/4) malam sekitar pukul 21.30 waktu setempat.
Dalam pernyataan terpisah, kelompok Houthi menyebut rudal itu sengaja diluncurkan ke target tangki-tangki penyimpanan milik perusahaan minyak Saudi, Aramco. Pihak Aramco, melalui Twitter, menyatakan semua fasilitas miliknya di Jizan dalam kondisi aman dan beroperasi normal.
Serangan rudal dari Houthi ke wilayah Saudi ini merupakan yang kesekian kalinya. Dalam beberapa hari terakhir, Houthi yang masih menguasai sebagian besar wilayah Yaman bagian utara, telah melancarkan serangkaian rudal ke wilayah Saudi, yang oleh koalisi pimpinan Saudi berhasil dihalau.
Namun serpihan rudal yang telah dihalau itu menewaskan satu orang di Riyadh. Jatuhnya korban tewas ini merupakan yang pertama di Saudi, sebagai dampak dari konflik Yaman.
Berulang kali Saudi menuding Iran sebagai penyuplai rudal ke Houthi. Tudingan itu telah dibantah oleh Iran dan Houthi.
Saudi dan Uni Emirat Arab melakukan operasi militer melawan Houthi di Yaman sejak tahun 2015. Operasi ini bertujuan memulihkan pemerintahan Yaman di bawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional. Namun pada praktiknya, banyak warga sipil menjadi korban. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sekitar 10 ribu orang tewas dalam konflik Yaman. (dtc)