Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Siapa yang memprediksi Djarot Syaiful Hidayat - Sihar Sitorus (DJOSS) yang akan menjadi jagoan PDI Perjuangan di Pilgub Sumut 2018. Nama Djarot dan Sihar sama-sama tidak pernah diperhitungkan, sampai akhirnya Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri mengumumkan jagoannya.
Anggota Tim Pemenangan DJOSS, Sutrisno Pangaribuan menyebut ,DJOSS tidak pernah mengubah atau menambah identitas diri.
"Ada yang ingin memberi marga, gelar komunitas adat, gelar kesultanan, maupun gelar dalam berbagai kelompok masyarakat. Beliau (Djarot) berkenan menerima penyematan simbol- simbol komunitas, seperti ulos, topi , maupun bentuk lain. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengubah maupun menambah identitas dirinya," katanya, Minggu (8/4/2018) malam.
PDI Perjuangan, kata dia, telah memastikan sebagai satu- satunya partai politik yang paling konsisten mengusung pasangan nasionalis. Pertama, PDI Perjuangan mengusung pasangan Tengku Rizal Nurdin dan Rudolf Pardede Tahun 2003 lewat pemilihan di DPRD Sumut.
Kedua, mengusung Tri Tamtomo dan Benny Pasaribu di Pilkada Tahun 2008, lalu mengusung Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi di Pilkada Tahun 2013, hingga mengusung Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus di Pilkada Tahun 2018.
"Sebagai pasangan nasionalis yang ingin mengabdi di Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat mendapat berbagai tawaran untuk menjadi bagian dari komunitas," jelasnya.
Anggota DPRD Sumut ini mengatakan, Djarot menghargai setiap tawaran tersebut. Namun komitmen kebangsaan yang telah menjadi bagian diri Djarot Saiful Hidayat, akhirnya beliau memilih tetap menjadi diri sendiri.
"Beliau tetap sebagai putra Jawa, tanpa marga, tanpa identitas tambahan. Beliau tetap menempatkan diri sebagai calon pemimpin yang ingin merebut hati rakyat dengan pesona kinerja, integritas, dan bersih dari korupsi," akunya.
Lebih jauh, Sutrisno menyebut Djarot akan tetap sebagai Jawa, Sihar Sitorus pun tetap sebagai Batak. Komitmen terhadap Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, jauh lebih penting bagi pasangan ini dibandingkan dengan sekat- sekat identitas. Masa depan Sumatera Utara dengan gagasan Semua Urusan Mudah dan Transparan jauh lebih berharga daripada ikatan- ikatan primodial.
"Mendapat dukungan dari rakyat, merupakan salah satu tujuan dari kontestasi politik. Kemenangan tentu diharapkan oleh setiap pasangan dalam pilkada. Namun kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kebhinnekaan jauh lebih penting. Kita ingin menang, tetapi dengan cara- cara yang terhormat, dengan langkah- langkah yang beradab," pungkasnya.