Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Nilai tukar rupiah masih belum mampu keluar dari tekanan dolar AS sejak awal pekan ini. Pada sesi perdagangan Jumat (11/5/2018) pagi, rupiah diperdagangkan menguat di kisaran level 14.025 hingga 14.050 per 1 US$, sedikit menguat dibanding penutupan perdagangan Rabu, (9/5/2018).
Analis Lotus Andalan Sekuritas, Gunawan Benjamin, mengatakan, kinerja rupiah pada hari ini juga diiringi dengan penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG). "IHSG pada pagi ini diperdagangkan naik lebih dari 1%," katanya di Medan.
Menurut dia, pemulihan kinerja pasar keuangan Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi pasar keuangan eksternal, dimana sejumlah bursa di negara lain khususnya di AS yang memang mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan kemarin.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh BI menjadi salah satu isu yang membuat pasar bergairah. "Kenaikan suku bunga acuan tersebut nantinya akan mampu menjadi bumper untuk menahan arus dana keluar," jelasnya.
Menurut dia, pelemahan rupiah belakangan ini juga dialami oleh sejumlah mata uang di negara berkembang lainnya. Argentina bahkan sudah menaikkan suku bunga acuannya untuk menahan pelemahan mata uang. Indonesia, India dan Turki juga akan mengambil langkah yang tidak jauh berbeda dalam meredam gejolak mata uang di negara masing-masing. "Kita berharap wacana kenaikan suku bunga ini bukan hanya wacana tanpa ada realisasi," ungkapnya.
Karena, tambahnya, di tengah ancaman tekanan dolar AS, membatalkan rencana kenaikan suku bunga bisa membuat kredibiltas BI tercoreng di mata pelaku pasar. Dan jika tren US dolar terus naik nantinya akan sangat potensial memicu tekanan terhadap rupiah seandainya bunga acuan urung dinaikkan.