Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Bank Indonesia (BI) siang ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) tambahan. Memang, bank sentral telah memberikan sinyal akan menaikkan kembali suku bunga acuan.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi BI akan menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 25 bps.
"Kami melihat langkah BI dalam mengelola ekspektasi. BI saat ini menekankan sikap untuk stabilitas dan pertumbuhan dan melihat sinyal kenaikan suku bunga dalam RDG tambahan," kata Andry dalam keterangan, Rabu (30/5).
Dia menyebut kenaikan bunga hingga 50 bps tahun ini adalah langkah yang tepat untuk BI sebagai langkah pertahanan menghadapi ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR).
Ia menyebut prediksi bunga acuan hingga akhir tahun adalah 4,75% dan 5% pada 2019. Menurut dia BI saat ini secara ketat sedang mengelola ekspektasi pada depresiasi mata uang yang mampu berpengaruh terhadap inflasi ke depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menyebutkan bank sentral tak segan menempuh kebijakan untuk menstabilkan nilai rupiah yakni dengan menggelar RDG tambahan. Perry menegaskan RDG tambahan digelar bukan karena perekonomian nasional sedang dalam kondisi darurat.
"Kami sudah jadwalkan RDG bulanan tambahan pada hari Rabu untuk merumuskan kebijakan ini. Ini bukan RDG emergency, ini RDG tambahan," tambah dia.
Alasan BI melakukan RDG bulanan tambahan karena untuk merespons cepat dinamika yang terjadi di luar negeri.
"Dinamika yang terjadi baik di luar negeri dan terjadi ekspektasi dalam negeri yang cenderung tidak rasional dan ekspektasi rupiah menjadi lebih besar, dan untuk preemptive terhadap decision meeting, itu alasan kita melakukan RDG bulanan tambahan, sekaligus langkah preemptive untuk FOMC tanggal 14 Juni yang akan datang," ungkap dia.
Lima tahun lalu pada Agustus 2013 BI memang pernah melakukan hal yang sama. Yakni menggelar RDG bulanan tambahan. Saat itu BI berupaya membahas dan mencari langkah kebijakan untuk situasi perkembangan ekonomi.
Kala itu nilai dolar terus menguat dan bertengger di posisi Rp 11.000. Kemudian inflasi juga kelewat tinggi yakni mencapai kisaran 8,6% hingga 9,2%. (dtf)