Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Moskow. Pemerintah Rusia menolak seruan di PBB untuk bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina. Hal ini disampaikan setelah penyelidikan internasional menyimpulkan bahwa sebuah rudal militer Rusia digunakan untuk menembak jatuh MH17.
Dalam sidang Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina, Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok mendesak Moskow untuk menerima temuan penyelidik bahwa MH17 ditembak jatuh oleh sebuah rudal BUK buatan Rusia yang dimiliki sebuah brigade yang berbasis di kota Kursk, Rusia. Namun pemerintah Rusia menolak desakan tersebut.
"Bahasa ultimatum bukanlah sesuatu yang akan diizinkan bagi siapapun untuk digunakan ketika berbicara ke Rusia," kata Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia dalam sidang DK PBB.
"Kami tak bisa menerima kesimpulan tak berdasar dari JIT (tim penyelidik internasional yang dipimpin Belanda)," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (30/5).
Keseluruhan penumpang dan kru MH17 yang berjumlah 298 orang, tewas ketika sebuah rudal menghantam pesawat tersebut saat terbang di atas wilayah yang dikuasai pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur pada Juli 2014.
Menanggapi pernyataan Nebenzia, Blok kembali menyerukan Rusia untuk bekerja sama dengan Belanda dan Australia untuk mengidentifikasi para pelaku.
Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley juga mendukung seruan Belanda dan Australia agar Rusia mengakui perannya dalam tragedi MH17 dan membantu mengadili para pelaku serangan rudal.
"Meskipun ada bantahan transparannya, tidak ada keraguan Rusia menyetir konflik Ukraina," cetus Haley.
Lebih dari 10 ribu orang telah tewas sejak aksi pemberontakan yang didukung Moskow terjadi pada April 2014, menyusul pencaplokan Crimea oleh Rusia dari Ukraina. Menurut para diplomat PBB, Rusia yang memiliki hak veto di DK PBB, telah menggagalkan upaya-upaya untuk meningkatkan keterlibatan PBB dalam upaya mengakhiri konflik tersebut. (dtc)