Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Labuhanbatu. Jelang lebaran Idul Fitri jenis panganan tradisional ini kerap muncul. Manakala dipenghujung Ramadan, pembuatan makanan Dodol atau kebanyakan orang bersuku mandailing menyebutnya Gulame akan meningkat.
Dahulu, ketika lebaran Idul Fitri bersama varian makanan lainnya, jenis ini juga selalu menghiasi meja-meja tempat hidangan kue di rumah-rumah warga.
Seorang warga Rantauprapat Eli Br Harahap kerap saban tahun di bulan Ramadan. Produksi dodol untuk bahan dagangan.
Katanya, tata cara pembuatan dodol cukup membutuhkan waktu beberapa jam. Dimulai dari memanaskan santan kelapa kental. Kemudian memasaknya dengan menyeduh adonan tepung pulut putih/hitam.
Proses memasak di dalam kuali besi ukuran besar di atas api yang panas setelah dicampur dengan komposisi gula dan lainnya.
"Di atas api yang dibiarkan terus menyala, adonan terus berkesinambungan diaduk hingga akhirnya kental dan kenyal," urainya, Minggu (3/6/2018) di Rantauprapat.
Setelah matang, adonan dodol kental, kemudian dikemas dalam bungkusan. Ada yang memasukkan ke dalam plastik. "Juga paling sering warga membukusnya ke dalam sumpit (pembungkus dari dedaunan)," tambahnya.
Mengenai citarasa, rata-rata penikmatnya cukup memberikan nilai yang memuaskan untuk sebuah hidangan panganan yang menjadi makanan tradisi jelang lebaran.
Mereka, kata dia menyiapkan dodol jika ada pesanan warga dan tetangga lainnya. Dan mengenai tarif harga terbilang murah. Hanya Rp120.000/kg. "Atau 4 bungkus ukuran sumpit 250gram. Belum termasuk ongkos kirim untuk ke luar kota," ujarnya.