Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Pintu bagi Jusuf Kalla (JK) untuk menyambung masa jabatan menjadi cawapres tertutup di palu hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Tertutupnya pintu bagi JK membuka pintu tokoh lainnya. Senior Golkar Ginandjar Kartasasmita mendorong partainya solid mengajukan sang ketum Airlangga Hartarto menjadi cawapres.
"Saya secara pribadi berpendapat alangkah baiknya apabila untuk pendamping Pak Jokowi diambil seorang kader di antara partai-partai pendukung beliau, bukan dari luar, karena partai-partai itulah yang selama ini telah bekerja sama dan bekerja bersama dengan beliau. Sehingga antara beliau dengan partai-partai pendukung telah terjadi ikatan politik dan emosional yang kental dan harmonis," kata Ginandjar kepada wartawan, Senin (2/7/2018).
Ginandjar menyarankan partai-partai pendukung Jokowi berkomunikasi lebih intens, baik secara resmi maupun tidak, untuk sepakat bahwa masing-masing dapat mengajukan calon. Namun, setelah Jokowi mengambil keputusan, partai-partai itu harus legawa menerima pilihan sang petahana.
"Ini amat penting untuk soliditas partai-partai pendukung Pak Jokowi bukan hanya dalam pilpres, tapi dalam pemerintahan yang akan datang," ulasnya.
Ketua DPD RI pertama ini membuat kriteria cawapres yang layak mendampingi Jokowi, yaitu bersih, akseptabel, dan nyaman untuk Jokowi. Kandidat cawapres itu juga harus mampu membantu Jokowi memimpin pemerintahan dengan aman dan sukses.
"Maka pengalaman dalam perpolitikan dan pemerintahan serta kompetensi yang telah teruji itu penting sekali," ujarnya.
Ginandjar tak setuju jika kepemimpinan nasional harus kombinasi nasionalis-Islam. Dia tak setuju jika Jokowi dipandang sebagai representasi kelompok nasionalis, maka wapresnya harus representasi partai Islam. "Menurut saya, itu tidak benar, seperti kita kembali ke zaman Nasakom dulu," ulasnya.
"Apakah seorang berlatar belakang nasionalis itu diragukan keislamannya? Apakah yang berasal dari partai Islam diragukan nasionalismenya? Saya kira pendekatan eksklusif, bukan inklusif, itu keliru. Saya tidak yakin itu selera politik para pemilih sekarang, apalagi para pemilih milenial atau generasi 'now'," sambung Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Kabinet Reformasi Pembangunan ini.
Ginandjar mendorong Golkar mengajukan Airlangga sebagai cawapres Jokowi. Dia menilai Airlangga adalah sosok siap pakai.
"Pak Airlangga adalah calon wapres yang siap pakai, memiliki konsep dan sudah beradaptasi dengan lingkungan pemerintahan dan tantangan-tantangannya. Para kader Golkar sekarang sudah saatnya untuk bersatu padu merapatkan barisan dan mengajukan ketua umumnya Airlangga Hartarto sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Jokowi di Pilpres 2019," pungkasnya. (dtc)