Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanjungbalai. Alur di sepanjang perairan Sungai Silau Kota Tanjungbalai semakin dangkal. Kedaan itu mengakibatkan sulitnya angkutan transportasi air khususnya yang berasal dari daerah hinterland memasuki wilayah perairan tersebut, terutama saat musim air surut.
Pantauan medanbisnisdaily.com Rabu (4/7/2018), selain Sungai Asahan, wilayah perairan Sungai Silau ini juga hampir setiap harinya dilalui angkutan transportasi air bagi masyarakat nelayan yang tinggal di hulu sungai maupun kapal angkutan barang yang berasal dari daerah Panipahan Riau, Sungai Betombang, Tanjung Keidong, Kampung Masjid, Sungai Sembilang dan beberapa daerah lainnya.
Namun kedangkalan yang terjadi di perairan Sungai Silau mengakibatkan sulitnya kapal angkutan bersandar, terutama di lokasi Dermaga Pasar Kawat Tanjungbalai.
Padahal dermaga ini sejak beberapa abad yang lalu hingga sekarang tetap dimanfaatkan warga dari daerah hinterland sebagai sarana melakukan kegiatan bongkar muat barang. Tetapi kedangkalan alur perairan itu menyebabkan terhambatnya aktivitas warga.
Sekretaris Lembaga Pemantau Kinerja Aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah (LPKA-PPD), Eka Surya Dharma Sinambela mengakui, dua alur perairan di Tanjungbalai, yakni sungai Asahan dan Sungai Silau semakin dangkal akibat tingginya sadimentasi yang dari kedua hulu sungai. Hal ini tentu saja menyebabkan terhambat aktivitas angkutan transportasi air maupun kapal-kapal nelayan lainnya.
Seperti diketahui kedua perairan itu mrupakan urat nadi perekonomian masyarakat Tanjungbalai maupun hinterland-nya. Tetapi sampai saat ini belum terlihat adanya upaya pemerintah daerah, provinsi maupun pusat untuk melakukan kegiatan pengerukan.
Sinambela berharap, masalah kedangkalan alur sungai ini harus segera diselesaikan, dikarenakan tidak saja berdampak terhadap menurunnya aktivitas ekobomi warga, tetapi juga dikhawatirkan Kota Tanjungbalai akan tenggelam.