Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Surabaya. ITS Surabaya pada Senin (2/7) melunncurkan kapal bambu laminasi. Peluncuran ini dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang turut mencoba kapal bernama Baito Deling 001 ini.
Usai menjajal kapal bambu tersebut, Susi meng-upload foto saat dia naik kapal itu ke instagram. Dalam caption-nya, Susi menyebut bahwa kapal bambu laminasi itu merupakan kapal bambu laminasi yang pertama, bahkan di dunia.
Namun klaim Susi itu dibantah oleh Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya. UHT mengklaim bahwa jauh sebelum ITS menciptakan kapalnya, UHT telah terlebih dahulu menciptakannya. Bahkan kapal itu mendapat pengakuan dari MURI.
Sebelum Baito Deling 001 diluncurkan, tepatnya tahun 2016, UHT Surabaya telah mengantongi sertifikat dari MURI terkait kapal bambu buatannya. Kala ditanya mengenai kapal ITS, pencipta kapal bambu dari UHT Ahmad Basuki Widodo mengatakan kapal miliknya sudah terbukti dan tersertifikasi.
"Kalau dia diakuinya itu kan mereka yang mengakui sendiri. Mereka kan hanya menulis bahwa mereka miliki kapal pertama di dunia tapi untuk yang membuktikan dia pertama kan tidak ada," ungkap Widodo saat dihubungi detikcom di Surabaya, Kamis (5/7/2018).
Tak hanya itu, selain telah mengantongi sertifikat resmi dari MURI, Widodo mengaku mendapat empat sertifikat lainnya. Widodo menyebut ada tiga sertifikat paten untuk material, satu desain industri dan satu rekor MURI.
"Memang duluan saya, tapi saya ada paten di kapal itu sebanyak 4 buah termasuk desain industrinya ada dan paten untuk materialnya 3 buah itu ada semua. Dipatenkan itu mulai tahun 2014 ada dan mulai 2016 ada. Karena tidak secara langsung dan secara bertahap," imbuhnya.
Widodo juga mengaku telah membuat kapal ini sejak tahun 2001. Awalnya dia telah menghasilkan kapal ikan dengan besar 5 GT dari laminasi bambu hasil penelitiannya ini.
"Itu memang kita sebetulnya, penelitian saya itu mulai tahun 2001, terus kemudian penelitian material saja dari 2001 sampai 2009. Itu masih praktis kemudian baru penerapan aplikasinya saja itu tahun 2010-2014 menghasilkan kapal ikan 5 GT dari laminasi bambu," ujar Widodo.
Sementara menanggapi peluncuran kapal dari ITS, Widodo menganggap hal itu dilakukan sembari mencari cela. Sementara untuk kapalnya, Widodo menilai kapal ITS belum memiliki kejelasan apakah kapal untuk mencari ikan atau kapal penumpang.
Sebab jika kapal untuk mencari ikan, tentu memiliki fish holder. Namun di kapal tersebut tidak tersedia. Sedangkan jika disebut kapal penumpang, hanya disediakan beberapa kursi saja.
"Kalau yang ITS itu kan nggak jelas itu kapal apa kalau kapal ikan tidak ada fish hold-nya. Kalau penumpang ya isinya cuma beberapa kemarin. Kalau saya melihat memang itu melihat celah dia kelihatannya itu mengambil peluncuran kapal bambu pertama. kalau Hang Tuah kan pemrakarsa pertama dan juga penemu bambu sebagai bahan kapal pertama," ungkapnya.
Tak hanya itu, menurut Widodo, kapal buatannya dan buatan ITS memiliki perbedaan. Yakni pada penelitian yang dijalankan. Misalnya saja penelitian yang dilakukan UHT dinilainya lebih lengkap dibanding ITS yang hanya sebatas penelitian tarik dan tekan.
Sedangkan untuk lem yang digunakan, Widodo mengatakan ITS membuat lem epoxy yang hanya untuk eksterior. Sementara pihaknya membuat lem yang sudah sesuai standar Jerman (DIN), Inggris (BS), Jepang (JIS) dan Indonesia (BKI) jika perekat yanh digunakan untuk kapal harus bertipe Weather Proof dan Boiling Proof. Yang mana lem tersebut mempunyai bahan dasar Phenol, sedangkan epoxy tidak termasuk jenis perekat yang direkomendasikan, karena merupakan perekat bertipe eksterior II.
"Itu ndak ada penelitiannya, itu juga hanya sebatas tarik dan tekan dan itu sudah diaplikasikan. Kalau lemnya itu kalau saya lihat sebenarnya ndak boleh itu digunakan karena dia pakai epoxy itu hanya untuk eksterior," ungkapnya.
Widodo menjelaskan, kapal ikan buatannya memiliki ukuran yang lebih besar yakni panjang 10 meter, lebar 2,8 meter dan di dalamnya terdapat tempat ikan 6,7 meter kubik, juga ada tempat mesin. Sementara milik ITS ukurannya hanya panjang 6 meter dengan lebar 2 meter, sedang mesinnya hanya mesin tempel.
Pemakaian mesin tempel ini, tambah Widodo, mengakibatkan kapal tidak bisa sampai ke laut, hanya ke tepi saja.
"Ukuran kapal ikan kita yaitu panjang 10 meter lebar 2,8 ada itu tempat ikannya 6,7 meter kubik dan mesinnya masih di dalam nggak seperti ITS kemarin mesin tempel dan mesin tempel itu nggak sampai ke laut hanya sampai di tepi saja," kata Widodo. (dtc)