Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA tengah melakukan persiapan untuk mengirimkan pesawat luar angkasa sedekat mungkin ke Matahari. Nantinya pesawat luar angkasa NASA ini akan mengamati korona Matahari dari jarak super dekat.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/7), robot pesawat luar angkasa berukuran sebesar mobil kecil dan bernama Parker Solar Probe dijadwalkan akan diluncurkan dari Cape Canaveral di Florida, AS pada 6 Agustus mendatang. pesawat luar angkasa ini akan menjalani misi selama 7 tahun.
Nantinya, pesawat luar angkasa ini akan terbang hingga mendekati korona Matahari dalam jarak 3,8 juta mil atau 6,1 juta kilometer dari permukaan Matahari. Jarak itu tercatat tujuh kali lipat lebih dekat dibandingkan pesawat-pesawat luar angkasa lainnya yang melakukan misi serupa.
"Untuk mengirimkan sebuah pesawat luar angka ke lokasi yang belum pernah didatangi sebelumnya adalah ambisius," ucap ilmuwan yang terlibat proyek ini, Nicola Fox, dari Laboratorium Fisika Terapan pada John Hopkins University.
Rekor sebelumnya dipegang oleh pesawat luar angkasa bernama Helios 2, yang pada tahun 1976 berhasil terbang mendekati Matahari dalam jarak 27 juta mil atau 43 juta kilometer. Untuk perbandingan, jarak rata-rata Matahari dengan Bumi adalah 93 juta mil atau 150 juta kilometer.
Korona Matahari memicu yang namanya angin surya (solar wind), yang merupakan aliran partikel bermuatan atau plasma yang menyebar ke segala arah dari atmosfer terluar Matahari. Angin surya yang tidak bisa diprediksi memicu gangguan pada bidang magnetis planet kita dan bisa mengacaukan teknologi komunikasi di Bumi.
NASA berharap temuan-temuan yang didapat dari pengiriman pesawat luar angkasa ke dekat Matahari ini akan memampukan para ilmuwan untuk memprediksi perubahan pada lingkungan luar angkasa sekitar Bumi.
"Menjadi kepentingan yang fundamental bagi kita untuk bisa memprediksi cuaca luar angkasa, sama seperti kita memprediksi cuaca di Bumi," sebut ilmuwan surya, Alex Young, dalam konferensi pers di Goddard Space Flight Center milik NASA di Maryland, AS. "Dalam kasus-kasus cuaca luar angkasa paling ekstrem, itu bisa mempengaruhi jaringan listrik kita di Bumi," imbuhnya.
Proyek dengan biaya hingga US$ 1,5 miliar (Rp 21,3 triliun) ini, merupakan misi besar pertama di bawah program NASA bernama 'Living With a Star'. Nama Parker Solar Probe berasal dari nama seorang astrofisikawan surya Amerika, Eugene Newman Parker.
Dalam misi ini, Parker Solar Probe harus bisa bertahan menghadapi suhu dan radiasi panas luas biasa. Pesawat luar angkasa telah dipasangi pelindung panas yang dirancang untuk menjaga instrumen-instrumen yang ada di dalamnya tetap ada dalam suhu 29 derajat Celsius, meskipun bagian luar pesawat berhadapan dengan suhu hingga 1.370 derajat Celsius.
Parker Solar Probe dilengkapi instrumen yang dirancang untuk mengambil citra angin surya dan mempelajari bidang listrik juga magnetis, plasma korona dan partikel energetik. Tujuan NASA adalah mengumpulkan data soal cara kerja bagian dalam korona yang berdaya magnet sangat kuat. (dtc)