Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mengkaji ulang proyek-proyek infrastruktur yang punya banyak kandungan bahan baku impor dan pembangunannya tidak mendesak.
Langkah riview atau mengkaji ulang ini guna menyehatkan kondisi neraca dagang Indonesia yang masih defisit, dan mampu menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Dalam langkah spesifikasi lagi kalau seandainya proyek-proyek yang memang perlu di lakukan review dan scheduling," kata Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (27/7).
Proses kajian ulang ini, kata Sri Mulyani diberlakukan kepada seluruh proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Kajian dilihat kepada proyek yang kebutuhan bahan baku impornya tinggi namun pembangunannya tidak mendesak untuk direalisasikan.
"Karena konten impornya tinggi namun urgensinya tidak tinggi, kita bisa review, jadi ini dalam bentuk kolaborasi yang terus menerus dilakukan," papar dia.
Selain itu, pemerintah juga siap menggunakan insentif fiskal jika diperlukan untuk mendorong kinerja ekspor, serta mendorong produksi bahan baku substitusi impor di dalam negeri.
"Oleh karena itu ini yang akan dilakukan bersama-sama di bawah Kemenkeu, dengan kl terkait, apakah menunjang B20, impor subtitusi, dorong pariwisata," tutup dia.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia saat ini masih defisit alias tekor. Defisit karena nilai impor lebih besar daripada ekspor.
Menurut Staf Khusus Presiden Jokowi Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika dengan mengurangi impor dan menggenjot ekspor, maka diharapkan neraca dagang RI bisa surplus hingga US$ 4 miliar di akhir tahun ini.
Selain itu, dengan impor yang berkurang maka harapannya adalah nilai tukar rupiah bisa kembali menguat terhadap dolar AS.
"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak dikaji ditunda untuk mengerem impor," ujar Erani , Rabu (25/7).(dtf)