Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Industri kreatif di Sumatra Utara tidak berkembang karena ditengarai salah tempat. Parahnya lagi, industri kreatif di daerah ini justru dikelola oleh para mafia. Yakni mereka yang punya koneksi dan lobi-lobi. Sedangkan pekerja kreatif sering tidak dilibatkan. Kalau pun dilibatkan hanya sekadar meramai-ramaikan saja.
Hal itu terungkap dalam diskusi publik dengan tema "Industri Kreatif Sumut Sudah Sampai Mana". Diskusi yang digelar di Literacy Coffee, Jalan Jati II, No 1, Teladan Timur, Kota Medan ini, berlangsung, Jumat malam (19/10/2018) dengan menghadirkan dua narasumber, masing-masing Andy Hutagalung (sineas) dan Yose Piliang (pengamat sosial) dan dipandu Diana Saragih.
"Para peserta diskusi juga mengeluhkan persoalan kurangnya kolaborasi yang membuat industri kreatif di daerah ini mandek," kata penggagas diskusi, Jhon Fawer kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (20/10/2018)
Selain tidak melihat pasar kebutuhan, masyarakat kebanyakan memandangnya (industri kreatif-red) hanya sebagai jasa dan lomba. Semisal perfilman hanya menyasar perusahaan-perusahaan tertentu ,
atau LSM untuk video profil. "Tidak melihat masyarakat sebagai pasar," kata Jhon.
Melengkapi informasi, sore ini, Sabtu (20/10/2018) diskusi publik kembali digelar di Literacy Coffee dengan tema "Ini Medan Bung". Diskusi menghadirkan sejarawan muda, Dian Purba.