Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan perlu usaha bersama-sama antara pemerintah, otoritas dan pengusaha dalam menjaga rupiah demi ketahanan ekonomi dalam negeri. Untuk itu, pihaknya memaklumi langkah Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan bunga acuan hingga ke level 6% sampai saat ini.
Namun dia berharap pemerintah bisa lebih realistis dalam membaurkan kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang diambil seharusnya tak melulu populis atau menyenangkan hati masyarakat, seperti penahanan kenaikan harga BBM subsidi di saat harga minyak dunia justru tengah tinggi.
"Jadi kalau semua itu bisa kita lakukan, berarti pemerintah juga harus menjalankan PR (pekerjaan rumah)-nya, jangan populis melulu. Misalnya seperti BBM kalau subsidi begitu, BBM lama-lama jebol itu APBN. Kan itu trennya naik terus," jelas dia kepada detikFinance, Kamis (16/11/2018).
Ia menjelaskan, dampak dari kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga berdampak pada banyaknya pengusaha yang menahan ekspansi. Hal tersebut dilakukan untuk melihat dampak kebijakan dari skema penguatan rupiah yang dilakukan pemerintah, terutama menjelang tahun politik.
"Jadi kalau menurut saya, kalau dalam kondisi yang seperti ini, harus direspons dengan hati hati. Percuma kan kita ekspansi kalau market meresponsnya nggak siap. Kan malah tambah rugi kan kita," katanya.
Apindo sendiri melakukan langkah kerja sama swap mata uang dengan negara importir, seperti China agar mengurangi efek penguatan dolar AS. Dengan usaha tersebut diharapkan tekanan dolar AS terhadap rupiah tak terlalu berat.
"Kalau kita bisa lakukan itu, maka kita berharap dari segi moneternya juga kebijakannya akan kendor yang tadinya bunganya 6%, nanti akan turun. Nah nanti akan kita harapkan, akan kembali di bawah level 5% misalnya jadi 5% atau 4,5%, pokoknya di bawah 5%," katanya.(dtf)