Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Beranggota tujuh orang yang menggawangi instrumen berbeda, kelompok musik etnik Batak Toba "Beta Hita" mencoba membangun eksistensi. Di Kabupaten Samosir tempat mereka berasal, secara rutin Beta Hita tampil dari satu acara ke acara lainnya.
Penampilan mereka yang terbaru adalah di hadapan peserta pertemuan sebuah lembaga internasional BfDW, di salah satu hotel di Medan beberapa hari lalu. Mereka bertujuh tampil unjuk kemampuan menghibur peserta yang datang dari berbagai wilayah di Sumut.
Dari Desa Salaontoba, Kecamatan Ronggurnihuta di kawasan Danau Toba, mereka datang. Di situlah Radat Malau (peniup sarune atau seruling Batak) dan Kasman Sitanggang (penabuh tagading) beserta lima anggota lainnya rutin berlatih. Tepatnya di sopo atau pondok yang dibangun sebuah lembaga swadaya masyarakat bernama Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM). Sekaligus menguatkan kelompok tani dan Credit Union bernama serupa, yaitu Beta Hita.
KSPPM menugasi dua stafnya, Freddy Simanungkalit dan Angela Manihuruk "memelototi" Beta Hita. Agar kiprah kelompok musik kian eksis, kelompok tani menguat dan Credit Union membawa banyak manfaat ekonomi.
"Mereka terbilang sangat serius, berlatih dan berusaha tampil sesering mungkin di berbagai even dan tempat," kata Mulana Samosir, calon anggota legislatif DPRD Sumut dari PDI Perjuangan yang sudah berkali-kali mengunjungi sopo tempat berlatih Beta Hita.
Selain berupaya membangun eksistensi kelompok musiknya agar kian dikenal luas, Beta Hita juga peduli terhadap regenerasi pemusik tradisional yang mereka geluti. Untuk itu kepada anak usia sekolah di Kecamatan Ronggurnihuta, ketrampilan memainkan sarune, tagading dan instrumen lainnya juga diajarkan.