Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Deli Serdang. Menjadi petani harus siap melakukan pengamatan di lapangan. Beberapa hal sepele namun penting bisa menunjang keberhasilan petani dalam mengolah tanamannya.
Ditemui di lahan sawah organis di Jalan Pasar Kawat, Desa Karanganyar, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Senin (10/12/2017), Sukardi berbagi pengalaman dan pengetahuannya sebagai petani andal.
Menurutnya, selama ini banyak petani yang mulai kehilangan kejelian dalam memperhatikan alam sekitarnya. Berbeda dengan petani dulu yang menjadikan 'percakapan' atau interaksi dengan tanaman sebagai sesuatu yang penting.
Menurutnya, dulu petani selalu berbicara dengan tanamannya. Percakapan antara petani dengan tanamannya dalam bahasa ilmiah menurutnya adalah praktik pengamatan lapangan, melihat apa saja gejala atau perubahan yang terjadi di lahan atau tanamannya.
"Kalau saya sendiri, kalau ke sawah selalu mengucap salam, sholawat, dan berdoa mudah-mudahan berhasil. Maka yang muncul adalah bagaimana saya membuat tanaman saya tumbuh dengan baik sehingga panennya nanti juga menggembirakan," katanya.
Dia juga kerap berbicara dengan tanamannya seperti halnya berbicara dengan sesama. Dengan begitu, dia selalu seperti mendapat pesan agar memberikan perlakuan tertentu kepada tanamannya.
"Kalau petani belum bisa seperti itu maka dia belum menjadi petani. Karena petani itu harus bisa berbicara dengan tanamannya. Harus ada interaksi, dan itu lah pengamatan lapangan itu," katanya.
Pengamatan lapangan membuat petani lebih paham situasi dan kebutuhannya serta langkah apa yang harus dilakukan. Dia mencontohkan, ketika tanaman padinya terdapat keong mas, tidak perlu risau. Keong mas pada tanaman berumur 0 - 20 atau 25 hari setelah tanam (HST) merupakan hama. Di atas itu, keong mas adalah sahabat petani karena keberadaannya dapat mengendalikan rumput.
"Saya atau petani di sini, biasanya meletakkan keong mas di bagian yang dalam dan banyak airnya. Setelah 30 hari kembalikan lagi ke lahan. Dia bisa mengendalikan rumput, jadi tak usah dihilangkan. Hanya saja perlu dikendalikan," katanya.
Contoh lainnya adalah pematang. Umumnya petani tidak membayangkan penting rumput di pematang, kemudian membasminya. Sebagai petani organis, dia dan petani-petani di Kelompok Tani Mekar Pasar Kawat memilih membiarkannya sebagai pakan ternak.
Selain itu, rumput di pematang bisa menjadi perangkap hama serangga kepik serta lalat daun. Dengan adanya rumput di pematang, serangga dan lalat akan memakannya dan tidak memakan padi.
Hal lainnya, petani kerap khawatir ketika ada hama yang membuat daun padinya mengering. Menurutnya, ada hama yang memakan daun sehingga klorofil yang hilang. Menurutnya, selama tingkat serangannya 20%, petani tidak perlu khawatir dan cukup memangkasnya saja.
Pada masa vegetatif, yakni saat tanaman berusia 0-35 hari, memangkas daunnya tidak akan berpengaruh pada produktivitas. Pengaruhnya akan muncul ketika tanaman memasuki fase generatif karena malainya (sekumpulan bunga padi) sudah muncul.
Hal terakhir yang kerap dilakukan petani padahal itu keliru adalah penggunaan racun rumput. Selain dapat merusak tekstur dan kesuburan tanah, cacing pun mati. Begitu halnya dengan pertumbuhan rumput, petani bisa mengantisipasinya dengan mengatur air.
"Kuncinya pengaturan air. Misalnya, Senin masuk air. Biarkan sampai Rabu. Sorenya air dibuang, biarkan tanpa air sampai Jumat, lalu Sabtu diisi air lagi. Selain bisa mengendalikan rumput juga bisa membangun anakan dengan sempurna," katanya.