Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Surabaya. Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Surabaya diyakini sebagai gereja tertua di Kota Pahlawan. Benarkah demikian?
Salah satu pengurus gereja bernama Edi Candra Ongkowijoyo (37) mengungkapkan, sebelum adanya gereja yang terletak di Jalan Kepanjen ini, terlebih dahulu dibangun sebuah rumah pastoran dan ibadah di Jalan Merak Cendrawasih.
Rumah pastoran itu dibangun oleh dua pastor yang berkunjung ke Surabaya; Pastor Philipus Wedding bersama rekannya Hendricus Waanders. Keduanya tiba di Surabaya pada tanggal 12 Juli 1810. Setelah menetap selama enam bulan, mereka berinisiatif mendirikan rumah ibadah tersebut.
Rumah inilah yang kelak menjadi cikal bakal bangunan yang akrab disebut Gereja Kepanjen tersebut. Namun baru pada tahun 1889, gereja itu dipindahkan ke Jalan Kepanjen dan diresmikan di tahun 1900.
"Aslinya awal bangunan bukan di sini (Jalan Kepanjen). Tapi kemudian tahun 1889 dipindah di Jalan Kepanjen dan diresmikan pada tahun 1900," terang Edi saat ditemui di lokasi, Rabu (26/12/2018).
Ini berarti usia gereja tersebut telah mencapai 209 tahun. "Jadi menurut hitungan, gereja ini usianya sudah 209 tahun," tegas Edi.
Akan tetapi sejak berdiri, Gereja Katolik Santa Perawan Maria telah mengalami tiga kali renovasi, yaitu pada tahun 1950, 1960 dan 1996.
"Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1949-1950 akibat setengah atap dari gereja terkena bom selama perang kemerdekaan," ujar Edi.
"Pada renovasi pertama kedua menara dihilangkan. Renovasi kedua ada pergantian kaca. 1996 renovasi dilakukan kembali dan kedua menara dipasang lagi sampai kini," lanjutnya.
Mengalami tiga kali renovasi, gereja yang khas bergaya arsitek Eropa itu otomatis mengalami perubahan struktur di beberapa bagian, terutama pada bagian dalam dan atap.
"Yang masih asli sejak awal berdiri hanya bagian depan. Itu masih terlihat dari dinding batu bata merah yang diambil dari Eropa," beber Edi.
Sedangkan untuk daya tampung, Edi menyebutkan bisa menampung sampai 2.000 jamah dalam setiap misa besar. Bahkan jika jamaah membludak, halaman gereja juga masih bisa menampung 1.000 jamaah.
"Kalau sampai halaman di luar bahkan bisa menampung total sekitar 3.000 jamaah," tandasnya.
Edi menambahkan, gereja ini terbuka untuk umum, namun untuk bisa masuk, pengunjung diminta untuk melapor terlebih dahulu. Pihak gereja juga dapat menyediakan pendamping untuk memberikan penjelasan tentang seluk-beluk dan sejarah gereja ini. (dtc)