Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas ekspor sayuran berupa buncis kenya, buncis super, edamame, zuchini, kyuri, red oakleaf dan radichio ke Singapura dan Brunei Darussalam. Sayuran ekspor tersebut berasal dari kawasan Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat.
"Dari Bandung Barat, volume ekspor sayuran setahunya mencapai 1.500 ton setahun atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Dulu kita impor, dari Australia dan Amerika, tapi sekarang ekspor. Ini luar biasa kita membalikkan impor ke ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam dan Hong Kong. Ini serangan balik dari Indonesia," kata Amran dalam keterangan tertulis, Kamis (3/1/2019).
Amran menjelaskan kinerja sektor pertanian berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, akumulasi kinerja ekspor pangan sejak 2016 hingga 2018 naik 29%, inflasi pangan tahun 2014 sebesar 10,57% turun menjadi 1,26% tahun 2017. Kemudian, investasi naik 110% nilainya Rp 94,2 triliun. Ia mengatakan kontribusi sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) naik 47,2%, nilainya Rp 1.375 triliun.
"Ini prestasi baru sepanjang sejarah Indonesia. Ekspor kita dorong terus. Prestasi penurunan inflasi ini sulit ditemukan dalam sejarah, karena biasanya menggerakkan inflasi 0,1 sampai 0,5% itu sulit. Kami sudah laporkan ke Bapak Presiden bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Menurut Amran ekspor sayuran ini semakin membuktikan bahwa pemerintah berkomitmen meningkatkan produksi dan kualitas komoditas sayuran. Tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun sanggup mengisi pasar luar negeri.
"Ekspor ini pun membuktikan produk pertanian Indonesia makin diakui dan diterima di luar negeri. Ke depan untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor, kami bantu bibit dan lainnya bahkan kami rekrut petani milenial, target 1 juta petani" tegasnya.
Adapun harga sayuran asal Indonesia di pasar ekspor Singapura rata-rata SGD 3,5 per kilogram. Hal ini menurut Amran dapat menjadi nilai tambah bagi petani sayuran agar makin sejahtera.
Sementara itu hadir pula Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi. Ia menambahkan ekspor hortikultura pada periode Januari-Desember 2018 naik 11,92% dibanding periode yang sama tahun 2017. Pada periode tersebut ekspor sayuran naik 4,8% dan ekspor buah naik signifikan 26,27%.
"Jenis buah yang banyak diekspor antara lain nanas, pisang dan manggis. Neraca perdagangan durian kita pada periode tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan rekor surplus setelah beberapa tahun selalu defisit," ujarnya.
"Kemudian, volume ekspor tanaman hias juga naik 7,03%. Nilai ekspor hortikultura sepanjang Januari-November 2018 mencapai Rp. 5,69 triliun," tambahnya.
Terkait ekspor sayuran segar, Suwandi menegaskan pihaknya akan terus mendorong perbaikan teknologi budidaya yang lebih ramah lingkungan. Ini agar menghasilkan produk yang layak konsumsi dan mendukung peningkatan gizi masyarakat.
"Potensi produksi sayuran kita mengisi pasar ekspor masih terbuka luas. Kita tinggal tingkatkan lagi kualitas produksi dan penanganan pascapanennya, mengingat tuntutan konsumen makin menghendaki sayuran yang fresh dan menyehatkan," katanya.
Hadir pula di kesempatan yang sama Anggota Komisi IV DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal mengapresiasi kinerja ekspor pangan yang dicapai selama di era Pemerintahan Jokowi-JK. Menurutnya ini merupakan bukti dari dampak inovasi pertanian yang dilakukan Kementan seperti teknologi benih dan terutama alat mesin pertanian. Bahkan capaian ekspor naik 29% dan penurunan inflasi 1,26% merupakan wujud nyata penggunaan APBN sektor pertanian.
"Ekspor yang meningkat ini sudah menopang devisa yang masuk ke Indonesia. Jadi kita tidak terus-terusan impor pangan lagi. Malah pasokan pangan negara lain kita bisa penuhi. Ke depan, mudah-mudah Indonesia menjadi lumbung pangan Asia bahkan dunia bisa terwujud," beber Cucun.
Untuk itu, Cucun menegaskan kinerja ekspor pangan saat ini sesuai dengan harapan. Begitu pun terkait inflasi, penyumbang terbesarnya dari sektor pertanian.
"Awalnya saya pesimis ketika menghitung asumsi makro APBN 2019, betul nggak Menteri Keuangan berani menahan inflasi di angka 3 persen. Ternyata dibuktikan penyumbang terbesarnya dari sektor pangan bayangkan dari 10,5 menjadi 1,26%. Ini luar biasa, salah satu kerja nyata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman," tegasnya.
Anggota Komisi IV DPR RI, Erislan pun turut mengapresiasi kinerja pertanian saat ini. Selain capaian ekspor yang mengalami peningkatan dan berhasil membalikkan impor ke ekspor, ia juga menyambut baik program Amran untuk berdaulat benih.
"Saya menyambut baik kerja Menteri Amran yang mau mengembangkan bibit sendiri. Kami pun mendukung kinerjanya yang terus dorong ekspor," tuturnya.(dtf)