Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ada kecurigaan kalau bangsa Eropa, khususnya Swiss, Italia dan Prancis takut disaingi industri wisatanya. Namun di sisi lain, mereka ingin ekonominya maju. Karenanya mereka menumpang negeri orang untuk menjalankan usahanya. Seperti budi daya ikan di Danau Toba oleh PT Aquafarm Nusantara (PT AN), asal Swiss.
"Mungkin kalau di negaranya, usaha itu (budaya daya ikan-red) dilarang. Selain merusak lingkungan juga berdampak buruk bagi wisata. Mereka buang kotoran di sini, rusak alam kita, rusak wisata kita. Mana mau mereka buat di negaranya. Jangan-jangan mereka sengaja merusak karena takut Danau Toba menyaingi wisata mereka," kata Prof Bungaran Antonius Simanjuntak (BAS), mantan Guru Besar Sosiologi dan Antropologi Budaya Universitas Negeri Medan (Unimed) dalam dialog "Peduli Danau Toba" di Studio 2 TVRI Sumut, Jalan Putri Hijau, Medan, Selasa (12/2/2019).
BAS mengatakan, wisata alam di Swiss khususnya wisata danau bersaing dengan Danau Toba. Mereka punya aturan ketat soal pengelolaan dan pemanfaatannya.
"Sayang, di Sumatra Utara tidak begitu, banyak perusahaan yang sudah berpuluh tahun beroperasi merusak kawasan Danau Toba," ujarnya.
Ia mengingatkan, Danau Toba bukan sekadar tempat wisata. Airnya juga dimanfaatkan ribuan orang untuk dikonsumsi.
"Kemarin saya ngobrol dengan dua teman saya ahli nutrisi dari Perancis. Mereka bilang, sisa pakan di peternakan darat saja sangat berbahaya bagi kandungan tanah, apalagi di air. Kalau mau pulihkan Danau Toba, dasarnya harus dikorek. Kalau ada mikroorganisme baru yang patogen, itu sudah sangat berbahaya," kata BAS lagi, saat dialog usai.
Prof Bungaran Antonius Simanjuntak.