Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berbicara pada seminar tentang jurnalistik bertajuk "Jurnalis dan Media Menghadapi Tantangan Gelombang Digitalisasi", di Kampus Universitas Medan Area, Medan, Kamis (14/3/2019), Ketua Serikat Penerbit Suratkabar Sumut, Farianda Putra Sinik, menyatakan, sebanyak 16 perusahaan media cetak (suratkabar) lokal berhenti berproduksi alias gulung tikar tahun 2018. Karena tidak bisa beradaptasi dengan arus digitalisasi.
Ungkap Farianda, segmentasi pembaca media cetak terus mengalami penurunan drastis, beralih ke media baru berbasis online dan munculnya media sosial.
Namun demikian di balik itu dia melihat terdapat peluang baru.
Kehadiran media sosial yang sempat memunculkan pesimisme, justru menjadi peluang bagi media cetak. Begitu banyaknya hoaks yang diciptakan di medsos, menjadikan para pengusaha media cetak menciptakan berita dengan sumber terpercaya.
"Kami akan memperbaiki diri,” ujarnya.
Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetya yang ikut menjadi pembicara berpendapat, jurnalisme akan terus abadi sekalipun media terus mengalami perubahan platform.
Pers Indonesia, terangnya, apapun jenis dan platformnya harus menjadi bagian dari idealisme wartawan Indonesia dalam perjuangan membentuk dan menjaga nation-state Indonesia.
Ia berharap, pers sebagai alat verifikasi dan penjernih tidak terbawa oleh arus perubahan yang ada dengan bergantung ke media sosial sebagai rujukan ketika membuat berita.
“Mayoritas jurnalis saat ini ternyata memilih jalan paling mudah untuk menulis, menemukan ide berita. Sekaligus memverifikasi sebuah fakta hanya dengan mengandalkan sumber media sosial. Pers itu jadi alat verifikasi dan penjernih yang kacau di media sosial,” tegas Yosep.
Tugas pers saat ini adalah mengubah diri secara total dari yang semula mengarahkan corong microphone dan lensa kamera kepada elit politik dan hingar bingsr isu yang Jakarta sentris, menjadi peliput tentang potensi ekonomi, keunggulan potensi wisata sebuah daerah, kelezatan kuliner di sebuah daerah dan lain-lain. Jika hal itu dilakukan, maka pers Indonesia bukan saja akan terus eksis, tapi juga ikut berjasa membangun ekonomi yang kokoh dan mendorong penyerapan tenaga kerja.
“Tugas para wartawan dan media yang ada saat ini adalah merawat kebangsaan, termasuk dengan menyampaikan kritik dan pandangan-pandangan pers yang independen,” tegasnya.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Liston Damanik. menyatakan. gelombang digitalisasi yang melahirkan banyak potensi baru seharusnya dapat membuat jurnalis kian sejahtera. Jurnalis dituntut bertransformasi cepat dengan perkembangan teknologi. Namun aspek peningkatan kesejahteraan justru jalan di tempat.
AJI meminta agar perusahaan yang hendak melakukan perampingan jumlah karyawan harus melakukan musyawarah bipartit sampai ada kesepakatan dengan para pekerja.
"Jika PHK adalah jalan terakhir, maka perusahaan selayaknya membayar hak pesangon pekerja sebagaimana pasal 156 UU Ketenagakerjaan," katanya.