Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus pada Februari 2019 diperkirakan hanya berlangsung sementara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran surplus sebesar US$ 330 juta, dengan nilai ekspor US$ 12,53 miliar dan impor US$ 12,20 miliar.
Wakil Direktur Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi, surplus neraca perdagangan hanya bertahan sampai Maret. Begitu memasuki April dan Mei, defisit bakal kembali terjadi.
Defisit neraca perdagangan di bulan tersebut akan didorong oleh tingginya konsumsi saat Ramadan dan Lebaran. Itu akan mendorong permintaan impor.
"Kalau sampai Maret saya rasa (surplus) masih berlanjut karena impor masih akan kecil, (surplus hanya) untuk jangka pendek. Tapi mulai April, Mei akan defisit lagi karena di situ ada momen Lebaran ya, puasa dan Lebaran," katanya saat dihubungi, Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Namun, surplus di Februari bisa menjadi momentum bagi pemerintah memunculkan optimisme demi menarik investor. Pasalnya investasi ini juga menjadi solusi menyelesaikan masalah neraca perdagangan.
"Harus ada upaya untuk menyampaikan hasil-hasil ini ke investor, jangan nunda sampai hasil pilpres baru kemudian investasi ke Indonesia," jelasnya.
Pemerintah perlu meyakinkan investor bahwa kontestasi politik 5 tahunan yang berlangsung 17 April nanti tak akan mengganggu iklim usaha.
"Sekarang posisinya (neraca perdagangan) surplus dan rupiah cenderung stabil kan, sehingga walaupun (surplus) ini bukan dampak langsung dari kebijakan yang sudah dilakukan pemerintah, tapi bisa dikonversi menjadi sebuah optimisme baru," tambahnya.(dtf)