Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pada Februari 2019, Sumatra Utara (Sumut) tekor berdagang dengan Cina senilai US$ 35,98 juta. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, ekspor Sumut ke Cina pada Februari 2019 hanya US$ 64,754 juta. Sedangkan impor Sumut di periode yang sama mencapai US$ 100,742 juta.
Tekornya Sumut berdagang dengan Cina pada Februari membuat defisit neraca perdagangan dengan negeri tirai bambu tersebut semakin lebar. BPS mencatat, di Januari-Februari 2019, Sumut sudah tekor US$ 111,057 juta.
Memang di Februari, Sumut juga tekor berdagang dengan Argentina, Malaysia, Australia dan Singapura. Namun perdagangan dengan Cina mencatatkan defisit tertinggi.
Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, tren defisit neraca perdagangan Sumut dengan Cina harus menjadi perhatian serius.
"Jika tren defisitnya terus naik maka harus ada upaya untuk menurunkannya. Salah satu upayanya adalah dengan menambah jumlah kuantitas ekspor Sumut ke Cina," katanya, Senin (8/4/2019).
Menambah kuantitas ekspor memang bukan upaya yang mudah. Terlebih ditengah kondisi banyaknya ketergantungan ekonomi Sumut ke Cina. Saat ini, kata Gunawan, yang menjadi masalah pembangunan di wilayah Sumut adalah banyaknya daerah ini mengandalkan barang-barang dari Cina sehingga menambah beban bagi defisit neraca perdagangan.
Kalau seandainya barang yang masuk ke Sumut dari Cina tersebut adalah berupa barang modal, tentunya defisit ini tidak begitu dipermasalahkan. Akan tetapi jika seandainya justru defisit ini didominasi oleh barang-barang konsumsi, tentu menjadi masalah tersendiri. Karena barang konsumsi yang menjangkau end user tersebut belum sepenuhnya mampu diimbangi oleh produk yang sama yang mampu dihasilkan dari Sumut.
"Tetapi kalau seandainya ada perlakuan khusus Tiongkok terhadap produk minyak nabati kita dari kelapa sawit, maka saya pikir hal ini bisa memperbaiki neraca perdagangan Sumut," kata Gunawan.