Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lion Air Group bisa dibilang cukup mesra dengan pabrikan pesawat Boeing asal Amerika Serikat (AS). Namun, hubungan itu kini kian retak pasca rentetan kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8.
Mesranya hubungan dua perusahaan ini tercermin dari jumlah pesanan pesawat Boeing yang dilakukan Lion. Lion terbilang konsumen yang jor-joran membeli pesawat pabrikan AS ini.
Dari catatan, secara total, Lion sudah memesan Boeing 737 sebanyak 222 unit. Dari total itu, 11 pesawat berjenis MAX 8: 1 unit jatuh di Laut Jawa.
Nilai transaksi pesanan 222 unit pesawat Boeing mencapai US$ 22 miliar. Jika mengacu nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS, maka nilai transaksi tersebut mencapai Rp 308 triliun. Seluruhnya armada yang telah dipesan dijadwalkan akan datang bertahap hingga 2035.
Namun hubungan kedua perusahaan merenggang pasca pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di Laut Jawa, tepatnya perairan Karawang Oktober 2018 lalu.
Keretakan hubungan keduanya mulai dari sini. Maskapai berlogo singa merah itu disebut-sebut mengkaji ulang pembelian pesawat Boeing dan berencana membatalkan semua pemesanan.
Sang pemilik, Rusdi Kirana juga pernah marah dengan Boeing karena terkesan lepas tangan atas jatuhnya pesawat JT610. Seperti dilansir Reuters pertengahan Desember 2018 lalu, Rusdi Kirana marah atas apa yang dia anggap itu sebagai upaya Boeing mengalihkan perhatian dari perubahan desain baru-baru ini dan menyalahkan Lion Air atas kecelakaan itu.
Yang bikin Rusdi semakin geram adalah Boeing menunjukkan inkonsistensinya terhadap dua kecelakaan pesawatnya, yaitu Lion Air pada Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines bulan lalu. Pasalnya saat kecelakaan Ethiopian Airlines, Boeing mengakui kesalahannya.
"Mereka menyalahkan pertama kali dan meminta maaf saat kejadian kedua," tutur Rusdi ditulis Selasa (16/4/2019).
Padahal Lion Group sudah menggelontorkan banyak uang untuk memesan pesawat dari Boeing. Dia menuduh Boeing memperlakukannya seperti 'celengan'.
"Mereka memandang rendah maskapai dan negara saya. Mereka memperlakukan kami sebagai negara dunia ketiga. Mereka memandang saya sebagai celengan mereka," kata Rusdi dikutip dari Reuters, Selasa (16/4/2019).
Terlebih lagi, Lion Air Group terpaksa mengkandangkan 10 armada Boeing 737 MAX-8 pasca kecelakaan Boeing 737 Max yang dioperasikan Ethiopian Airlines bulan lalu hingga akhirnya Kementerian Perhubungan mengeluarkan larangan terbang sementara atau temporary grounded.
Hingga kini larangan terbang tersebut belum ditarik oleh Kementerian Perhubungan. (dtf)