Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Oleh: Gunawan Benjamin*
Saat hajatan pemilihan umum tiba, pelaku pasar banyak yang mengambil posisi wait and see. Dan di saat pemilihan umum kemarin selesai dilakukan, dan semuanya berjalan aman, investor kembali masuk ke pasar keuangan yang membuat kinerja indeks saham maupun mata uang rupiah naik signifikan. Kenaikan kinerja indeks sektor keuangan tersebut hanya berlangsung satu hari.
Namun setelahnya, tren positif yang diharapkan terus terjadi di pasar keuangan ternyata tidak berlanjut. Keberhasilan serta kesuksesan dalam proses pemilihan umum ternyata tidak membuat pasar keuangan kita bergerak di teritori positif untuk waktu yang lama. Pelaku pasar pun pada akhirnya lebih memilih untuk melihat tren perkembangan politik di tanah air hingga proses rekapitulasi suara oleh KPU selesai dilakukan.
Banyak keputusan-keputusan bisnis yang diambil setelah rekapitulasi suara nantinya berakhir, dan ditentukan siapa pemenangnya. Padahal pelaku pasar keuangan itu sejatinya lebih rasional dalam melihat data-data statistik hasil Pemilu. Proses hitung cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei kredibel pada dasarnya sudah dapat dijadikan alasan dalam mengambil keputusan bisnis.
Lantas, mengapa investor cenderung tetap mengambil posisi wait and see saat ini? Klaim kemenangan terhadap hasil Pilpres yang dilakukan oleh sejumlah pihak menjadi masalah utamanya. Ketidakpastian masih berlanjut, sepertinya sampai nanti proses perhitungan suara atau real count benar-benar usai. Dan selama itu, maka pasar keuangan kita masih harus bersabar, karena sentimen positif dari dalam negeri belum sepenuhnya bisa dieksekusi menjadi tren positif di pasar keuangan.
Suhu politik nasional yang tak kunjung mereda, serta sikap klaim kemenangan oleh kubu 02 yang tidak mempercayai perhitungan cepat sejumlah lembaga survei membuat pasar lebih memilih untuk melihat hasil real count. Walaupun, sejauh ini rekapitulasi suara resmi yang dilakukan oleh KPU tetap menunjukan bahwa pasangan 01 yang menang. Tetapi investor sepertinya lebih melihat tren perkembangan politik tanah air.
Bukan lagi hanya berbicara siapa yang menang atau yang kalah. Tetapi sudah berbicara bagaimana dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan pasca-Pilpres kemarin. Karena perseteruan masih terus berlanjut hingga hari ini. Alhasil, pasar keuangan nasional lebih banyak dibanjiri oleh sentimen sentimen eksternal.
Sentimen eksternal yang belakangan sangat mempengaruhi, di antaranya adalah perkembangan diplomasi antara AS dan Cina terkait dengan perang dagang yang memasuki putaran terakhir. Perkembangan ekonomi di China yang diperkirakan tidak sesuai dengan harapan atau hard landing di tahun 2019 ini.
Selanjutnya, membaiknya sejumlah data ekonomi AS juga menjadi perhatian pasar karena ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan kedepan. Di sisi lainnya, tren perkembangan harga minyak mentah dunia yang cenderung mengalami fluktuasi belakangan ini juga kerap memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan nasional.
Sementara, sentimen positif di tanah air yang seharusnya menjadi kabar baik harus tertunda akibat dinamika politik tanah air yang belum sepenuhnya kondusif. Sentimen eksternal sejauh ini berpeluang menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan nasional. Oleh karena itu investor berharap ketegangan antar kubu ini bisa mereda. Dan diharapkan tidak ada gerakan-gerakan lain yang cenderung memperkeruh keadaan.
Apalagi ada upaya upaya untuk tidak mempercayai proses perhitungan suara manual yang dilakukan oleh KPU. Jika ditemukan adanya kecurangan dalam proses rekapitulasi, maka mekanismenya sudah jelas. Karena masing-masing kubu memiliki bukti otentik yang sama dan sama kuat. Sudah semestinya kita tidak lagi berpolemik untuk urusan yang satu ini.
Terlebih melontarkan pernyataan-pernyataan yang sifatnya memprovokasi. Atau bahkan ajakan-ajakan yang sifatnya itu bertentangan dengan hukum atau inkonstitusional. Karena kestabilan politik itu juga mempengaruhi kinerja pasar keuangan. Dan kita membutuhkan agar semua pihak bisa kooperatif dan menjaga kondusifitas dan kemaslahatan bersama.
*Pengamat Ekonomi, Alumni UGM Yogyakarta, Bekerja sebagai dosen dan analis di salah satu perusahaan sekuritas di Kota Medan.