Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 kembali mengalami defisit alias tekor. Hal itu dikarenakan nilai impor masih lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, penyebab utama defisit neraca dagang adalah impor migas.
Adapun, kata Piter, impor migas dilakukan karena produksi dalam negeri yang terus menurun dan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi se-nasional.
"Defisit neraca migas terjadi utamanya di minyak, di mana produksi dalam negeri jauh di bawah kebutuhan konsumsi kita," kata Piter saat dihubungi di Jakarta, Jumat (17/5/2019).
Dikatakan Piter, lifting atau produksi minyak dalam negeri dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan. Hingga saat ini, posisinya hanya di kisaran 700-an ribu barel per hari. Sementara kebutuhannya sudah di atas 1 juta barel per hari.
Sehingga, untuk menutupi selisih kebutuhan dilakukan dengan cara impor. "Defisit produksi ini semakin besar menekan neraca migas ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan seperti sekarang ini," ujar dia.
Dapat diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia pada April defisit US$ 2,50 miliar. Angka ini berasal dari ekspor pada April 2019 sebesar US$ 12,6 miliar dan impor sebesar US$ 15,1 miliar.
Ekspor Indonesia pada April 2019 sebesar US$ 12,6 miliar. Angka ini turun 10,80% dibanding Maret 2019 (month to month), sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) turun lebih dalam yaitu 13,10%.
Sedangkan impor, tercatat sebesar US$ 15,10 miliar atau turun 12,25% dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya pun turun 6,58%.
"Dengan menggabungkan ekspor dan impor, terjadi defisit USD 2,50 miliar di April 2019," kata Kepala BPS Suharyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).(dtf)